Puisi: Nabi Nuh (Karya Mohammad Diponegoro)

Puisi "Nabi Nuh" karya Mohammad Diponegoro menyoroti kesetiaan Nabi Nuh dalam menyampaikan ajaran Tuhan, ketidakmampuannya dalam mengubah pikiran ...
Nabi Nuh
(Puitisasi terjemahan al-Qur’an Surat An-Nuh: Ayat 1-28)

Sungguh, telah Kami suruh Nabi Nuh
kepada kaumnya dengan pesan:
"Berilah kaummu peringatan
sebelum mereka tertimpa azab menyakitkan."
Kata Nuh: "Hai, kaumku
Aku ini jelas juru pengingat bagimu
Agar kalian mengabdi Allah
taqwa pada-Nya dan taat padaku
Allah akan mengampuni sebahagian dosamu
dan memberi tenggat waktu sampai jangka tertentu
Bila ketetapan Allah telah tiba
Ia tak mungkin bisa ditunda
— seandainya raja kalian tahu."
"Wahai, Tuhanku," Nabi Nuh mengaduh
"siang malam aku berseru pada kaumku
Namun seruanku hanya membuat mereka menjauh
Dan setiap kali aku serukan pada mereka
supaya Engkau memberi ampunan
mereka menyumbatkan jari ke dalam telinga
lalu mengerudukkan pakaian
bersitegang dan besar kepala
Kemudian aku pun berseru dengan nyaring
Lalu mengajak mereka tanpa tedeng aling-aling
dan juga dengan cara diam-diam
Maka aku berkata: Mintalah ampun pada Tuhanmu
Ia sungguh Maha Pengampun
Ia akan mengirim padamu hujan lebat turun
Dan menolongmu dengan harta dan anak
menciptakan bagimu kebun-kebun
dan batang-batang air
Apa sebab kalian tak mengharap
kebesaran yang datang dari Allah
Padahal Ia menciptamu tahap demi tahap?

Apakah kalian tidak melihat
betapa Allah membuat tujuh langit bertingkat?
Dan menjadikan bulan cahaya di dalamnya
dan matahari sebagai pelita?
Dan Allah telah menumbuhkan kalian
dari bumi bagaikan tumbuhan
Lalu mengembalikan kepadanya
dan nanti mengeluarkan kalian lagi
Allah telah membuatkan bagimu
bumi luas terhampar
Agar supaya kalian di situ
menyusur jalan yang lebar."

***

Berkata Nabi Nuh: "Wahai, Tuhanku
mereka sungguh membangkang padaku
bahkan lalu mengikuti siapa
yang harta dan anaknya tak memberi apa-apa
kecuali kerugian bagi dirinya
Lalu mereka merancang sebuah rencana raksasa
Berkata: Jangan tinggalkan para dewa
Jangan tinggalkan Wadd dan Suwwa'
Jangan pula Yaguth dan Ya'uq dan Nasr!
Mereka sebenarnya telah membuat
banyak orang pada tersesat
Maka orang-orang yang zalim itu
jangan Kauberi apa-apa
selain kehancuran semata-mata."
Mereka ditenggelamkan karena dosa
lalu dicampakkan ke dalam neraka
Tak ada yang bisa menolong mereka
selain Allah semata-mata
Berkata Nabi Nuh: "Wahai, Tuhanku
Jangan Kaubiarkan di bumi ini
orang kafir tinggal jadi penghuni
Karena jika mereka Kaubiarkan
hamba-hamba-Mu akan mereka sesatkan
dan dari mereka nanti akan lahir
hanya generasi biadab dan kafir
Wahai, Tuhanku, ampunilah diriku
ampunilah ibu-bapakku
dan orang yang masuk rumahku dengan kepercayaan
dan orang mukmin laki perempuan
Sedang orang yang zalim jangan Kauberi apa-apa
selain kehancuran semata-mata"

Sumber: Horison (Juni, 1977)

Analisis Puisi:

Puisi "Nabi Nuh" merupakan penggalian dan rekreasi sajak epik tentang kisah Nabi Nuh yang terkenal dalam tradisi keagamaan Islam. Diponegoro menghadirkan karakter dan pesan yang kuat dalam penyampaian kisah Nabi Nuh dengan bahasa yang metaforis dan mengena.

Penekanan pada Tugas Nabi Nuh: Dalam bait-baitnya, Diponegoro menyoroti betapa beratnya tanggung jawab Nabi Nuh dalam memberikan peringatan kepada kaumnya. Pesan utama yang diulang-ulang adalah seruan untuk mengingat Allah, bertaqwa, dan beribadah. Namun, kaum Nabi Nuh menolak dan terus melakukan perbuatan maksiat, sehingga menimbulkan murka Tuhan.

Metafora Spiritual: Penyair menggunakan metafora yang kaya dan kuat, menggambarkan bagaimana Nabi Nuh berusaha keras menyampaikan pesan suci, namun kaumnya menolak dan bahkan lebih memilih untuk beribadah kepada berhala. Metafora seperti "mereka menyumbatkan jari ke dalam telinga, lalu mengerudukkan pakaian, bersitegang dan besar kepala," menekankan penolakan kaum terhadap pesan suci tersebut.

Rasa Tidak Berdaya dan Doa: Diponegoro berhasil menyampaikan rasa frustasi Nabi Nuh yang merasa tidak berdaya dalam menyampaikan pesannya. Bait-bait yang menggambarkan ketidakmampuan Nabi Nuh mengubah hati kaumnya, dan doanya kepada Tuhan untuk memberikan hukuman atas kaum yang tidak ingin mendengarkan seruannya.

Puisi "Nabi Nuh" karya Mohammad Diponegoro menyoroti kesetiaan Nabi Nuh dalam menyampaikan ajaran Tuhan, ketidakmampuannya dalam mengubah pikiran kaumnya, dan akhirnya permohonan doa untuk Tuhan mengambil tindakan atas kaum yang menolak ajaran tersebut. Penyair menggunakan bahasa yang puitis dan kuat untuk menyampaikan pesan moral dan spiritual kisah Nabi Nuh kepada pembacanya.

Puisi: Nabi Nuh
Puisi: Nabi Nuh
Karya: Mohammad Diponegoro

Biodata Mohammad Diponegoro:
  • Mohammad Diponegoro lahir di Yogyakarta, pada tanggal 28 Juni 1928.
  • Mohammad Diponegoro meninggal dunia di Yogyakarta, pada tanggal 9 Mei 1982 (pada usia 53 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.