Lampu Merah
ketika tiba-tiba lampu merah
ia terperangah
mengapa di sini?
ia lalu lintas gelisah itu
yang selalu bertanya, mengangguk
tapi tak mengerti
andai bukan merah apa kan terjadi?
tiba-tiba ia mengerti
hijau kuning itu sama saja dengan merah
kita harus terus jalan
pilih satu warna saja
sama-sama tak tahu ujungnya
sama-sama tak tahu di mana akhirnya
begitu katanya
dengan rasa tabah baru
atas jalan yang dipilihnya.
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Lampu Merah" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya sastra yang menggunakan gambaran lalu lintas dan lampu merah sebagai metafora untuk menggambarkan ketidakpastian dalam hidup.
Gambaran Lalu Lintas dan Lampu Merah: Puisi ini dimulai dengan deskripsi tentang seseorang yang terperangah ketika tiba-tiba lampu merah muncul di persimpangan jalan. Lampu merah adalah simbol berhenti dalam lalu lintas, dan dalam konteks puisi ini, dapat diartikan sebagai hambatan atau tantangan dalam hidup.
Ketidakpastian Hidup: Penyair menggambarkan bahwa orang tersebut adalah "lalu lintas gelisah" yang selalu bertanya dan mengangguk, namun tidak sepenuhnya mengerti. Hal ini menciptakan gambaran ketidakpastian dan kebingungan yang sering kita alami dalam menjalani hidup.
Perbandingan Antara Lampu Merah dan Hijau/Kuning: Penyair menciptakan perbandingan antara lampu merah dengan hijau dan kuning. Dia menyatakan bahwa hijau kuning itu sama saja dengan merah, dan bahwa kita harus terus berjalan, memilih satu warna saja. Ini dapat diartikan sebagai pesan bahwa dalam hidup, kita seringkali harus terus bergerak, mengatasi hambatan atau perubahan yang tiba-tiba. Penyair mungkin ingin mengungkapkan bahwa tidak selalu ada jalan yang jelas atau keputusan yang benar.
Ketidakpastian dan Tabah: Puisi ini berakhir dengan penyair menyatakan bahwa kita harus tetap tabah atas jalan yang dipilih. Hal ini menciptakan gambaran tentang keteguhan hati dalam menghadapi ketidakpastian dan tantangan dalam hidup. Meskipun tidak selalu tahu apa yang akan terjadi, kita harus tetap bertahan dan terus bergerak maju.
Puisi "Lampu Merah" adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan ketidakpastian dalam hidup dan kebingungan yang sering kita alami. Thukul menggunakan gambaran lalu lintas dan lampu merah sebagai metafora untuk menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan hambatan dan perubahan. Puisi ini menekankan pentingnya keteguhan hati dan keberanian dalam menghadapi ketidakpastian.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).