Kota Kami Dahulu
tak kukira, kukira kaliku sudah tak di situ lagi
kita lama saling terendam sampai lumpurnya
jika kau belum lupa pada anakmu sebesar siapa ia kini
kuburan duka di sana, merambati hatinya
adalah kerna masih ingat padamu, aku pulang
melihat si manis menyanyikan nafas, yang tewas
dan jalan ke rumahmu runtuhnya dalam, sayang
ketika itu rebahlah si roni muda, matimu terlalu lekas
roni, bangunlah kau, daku kini di sini
rambutan lebat buahnya, kotamu kehilangan pencuri
kali kulihat ikannya, bersih putih airnya
si romlah sudah sekolah, geribik dindingnya
alangkah pendeknya nafas, o, begitupun hari
kunyanyikan buatmu ibu dari segala rindu
engkau kawan-kawan sekelas, pencuri buahan dan lari
kuingat namamu satupersatu
kukirimkan jiwa padamu si jiwa malang yang kusayang
jiwa melayanglah ketika aku ngimpi dan pulang
jangan lupa padaku, dunia-lama , walaupun nanti
mati, di negeri lain, jauh dari romlah dan tati
karena usiaku yang pendek, nasibku yang jelek
Kotak Kupang, 2 Agustus 1956
Sumber: Majalah Budaya (1957)