Puisi: Gunungbatu (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Gunungbatu" karya Wiji Thukul menggambarkan kehidupan masyarakat di desa Gunungbatu di Jawa Barat.
Gunungbatu


gunungbatu
desa yang melahirkan laki-laki
kuli-kuli perkebunan
seharian memikul kerja
setiap pagi makin bungkuk
dijaga mandor dan traktor
delapan ratus gaji sehari
di rumah ditunggu
mulut perut anak istri

gunungbatu
desa yang melahirkan laki-laki
pencuri-pencuri
menembak binatang di hutan lindung
mengambil telur penyu
di pantai terlarang
demi piring nasi
kehidupan sehari-hari

gunungbatu
desa terpencil jawa barat
dipagari hutan
dibatasi pantai-pantai cantik
ujung genteng, cibuaya, pangumbahan
sulit transportasi
-jakarta dekat-
sulit komunikasi

sejarah gunungbatu
sejarah kuli-kuli
sejak kolonial
sampai republik merdeka
sejarah gunungbatu
sejarah kuli-kuli
gunungbatu
masih di tanah air ini

November, 1987

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Gunungbatu" karya Wiji Thukul merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan masyarakat di desa Gunungbatu di Jawa Barat. Puisi ini mencerminkan realitas sosial, ekonomi, dan budaya yang dialami oleh penduduk desa tersebut.

Kehidupan Kuli Perkebunan: Puisi ini menyoroti kehidupan kuli perkebunan yang harus bekerja keras setiap hari untuk mencari nafkah. Mereka menghadapi beban kerja yang berat, seperti memikul kerja yang membuat mereka semakin bungkuk. Meskipun mereka bekerja keras, gaji yang mereka terima sangat minim, hanya delapan ratus sehari. Ini mencerminkan ketidaksetaraan ekonomi yang sering dialami oleh pekerja di perkebunan.

Kehidupan yang Susah dan Sederhana: Penyair menggambarkan kehidupan sehari-hari penduduk Gunungbatu yang penuh dengan kesulitan. Mereka harus mencari nafkah untuk memberi makan keluarga mereka, dan hidup dalam kondisi yang sederhana. Puisi ini menciptakan citra tentang bagaimana kehidupan sehari-hari mereka bergantung pada hasil kerja keras mereka.

Realitas Sosial dan Ekonomi: Puisi ini merupakan bentuk kritik sosial terhadap kondisi ekonomi dan sosial di desa tersebut. Wiji Thukul menggambarkan ketidaksetaraan antara kaum kuli perkebunan dan majikannya. Mereka harus menjalani hidup yang keras untuk mengais rezeki, sedangkan majikannya tetap hidup nyaman.

Kehidupan di Daerah Terpencil: Desa Gunungbatu digambarkan sebagai daerah terpencil di Jawa Barat, yang sulit diakses dan memiliki komunikasi yang terbatas. Meskipun berjarak dekat dengan Jakarta, desa ini tetap terisolasi, dan masyarakatnya menghadapi tantangan berkomunikasi dengan dunia luar.

Pesan Puisi: Puisi ini mencoba mengingatkan pembaca tentang realitas yang mungkin sering diabaikan dalam masyarakat. Wiji Thukul menggunakan bahasa yang lugas dan deskripsi yang jelas untuk menyampaikan pesannya tentang ketidaksetaraan dan kesulitan yang dihadapi oleh kaum kuli perkebunan di Gunungbatu.

Puisi "Gunungbatu" merupakan karya sastra yang menggambarkan kehidupan masyarakat desa yang keras dan sederhana. Wiji Thukul menggunakan puisi ini sebagai sarana untuk menyuarakan ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang dialami oleh kaum pekerja perkebunan. Dengan gaya bahasa yang lugas dan deskripsi yang kuat, puisi ini mengingatkan kita tentang pentingnya memahami realitas sosial yang mungkin terabaikan dalam masyarakat.

Puisi: Gunungbatu
Puisi: Gunungbatu
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Serdadu Ketika kau tidur, ada seorang serdadu duduk-duduk di atas tubuhmu, merokok, main gitar, dan dengan suara sumbang menyanyikan lagu selamat malam. Di atas tubuhmu ad…
  • Sebelum Kematian MemanggilMalam purnama menebarkan bau sangit kelelawarMenyingkap dada: "Di sini berlabuh damparan getah laut!"Luka ini abadi berteman kebisingan bunga-bunga liarTu…
  • Mata Kata Mata-kata menyala melihat tetes darah di mata-pena. 2004Analisis Puisi:Puisi "Mata Kata" karya Joko Pinurbo menawarkan sebuah ga…
  • Ke Manadi lereng gunung kapur ada bintang jatuhanak-anak riang mengejarnyadi malam gerimis ada bulan kecemplung kolamanak-anak menangis merebutnyadi siang bolong ada bocah jatuh di…
  • Jangan Heran, Sayangjangan heran, sayangkalau masih ada penentang rambut gondrongkita harus sabar dan prihatin atas sikap merekamereka khilap dan tertinggal jauh dari peradabanmere…
  • Selimut Selimut telah dilipat. Dongeng perlu juga tamat. Cepatlah berangkat walau nafasmu masih tersengal tersendat. Musim panas telah datang mengepak-ngepakkan sayapnya y…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.