Bukan Jalan Bertabur Bunga
untuk Cacai dan Lia
Jalan menuju kemenangan ini, adikku
bukanlah jalan bertabur bunga
Tapi beribu kaki menderap di jalan ini
melanda rata onak dan duri
Keyakinan yang kami anut ini
bukanlah keyakinan mantra atau pertapa
Tapi keyakinan yang lahir dari juang baja
warisan Lenin dan Stalin
Apakah yang kau rindukan lagi, adikku
selain dari kebebasan
dimana Lia riang gembira dalam pelukan
kasihsayangmu tiada berbanding
Cinta mesra dan pengorbanan
itulah proletariat
Hati yang sebanding dengan Bukit Barisan
itulah proletariat
Semangat yang nyala melidah api
itulah proletariat
Bukankah Lenin 'Burung Rajawali'
dan Stalin itu 'Baja'
lambang kebebasan dan kekokohan
bagi proletariat dari benua ke benua?
Jalan menuju kemenangan ini
bukanlah jalan bertabur bunga
Tapi hasil penempuhan jalan ini
warisan kita bagi Lia
Jalan ini bukan jalan bertabur bunga
Tapi beribu kaki menderap di sini
menuju kemenangan pasti
kebebasan dan damai abadi
Analisis Puisi:
Puisi "Bukan Jalan Bertabur Bunga" karya HR. Bandaharo adalah sebuah karya yang mengungkapkan esensi perjuangan dalam mencapai kemenangan dan kebebasan. Dengan gaya yang tegas dan penuh semangat, puisi ini menekankan realitas pahit dari perjuangan sosial dan politik, serta keyakinan ideologis yang menjadi fondasi dari perjuangan tersebut.
Tema dan Makna
Tema utama puisi ini adalah perjuangan menuju kemenangan dan kebebasan, yang bukanlah proses yang mudah atau penuh dengan keindahan. Sebaliknya, puisi ini menggambarkan perjuangan yang keras dan penuh rintangan, dengan penekanan pada keyakinan ideologis yang kuat sebagai panduan dalam perjuangan tersebut.
Puisi ini juga menekankan bahwa cinta dan pengorbanan untuk kelas pekerja (proletariat) adalah inti dari perjuangan tersebut. Ideologi yang dibawa oleh tokoh-tokoh seperti Lenin dan Stalin dipandang sebagai warisan yang harus diperjuangkan dan dilanjutkan oleh generasi penerus.
"Jalan menuju kemenangan ini, adikku bukanlah jalan bertabur bunga"
Baris ini langsung menyatakan bahwa perjuangan untuk mencapai kemenangan tidaklah mudah atau penuh dengan keindahan. Jalan menuju kemenangan penuh dengan rintangan dan kesulitan.
"Tapi beribu kaki menderap di jalan ini melanda rata onak dan duri"
Di sini, penulis menggambarkan perjuangan sebagai jalan yang penuh dengan onak dan duri, yang harus dilalui oleh banyak orang dengan tekad dan keberanian. "Beribu kaki" menandakan bahwa perjuangan ini melibatkan banyak orang yang bersatu dalam usaha mereka.
"Keyakinan yang kami anut ini bukanlah keyakinan mantra atau pertapa"
Baris ini menegaskan bahwa keyakinan yang dipegang oleh para pejuang bukanlah keyakinan spiritual atau mistis, tetapi keyakinan ideologis yang lahir dari pengalaman perjuangan yang nyata.
"Tapi keyakinan yang lahir dari juang baja warisan Lenin dan Stalin"
Keyakinan tersebut adalah hasil dari perjuangan yang keras dan ideologi yang kuat, yang diwariskan oleh tokoh-tokoh revolusioner seperti Lenin dan Stalin. "Juang baja" mengindikasikan kekuatan dan keteguhan dalam perjuangan.
"Apakah yang kau rindukan lagi, adikku selain dari kebebasan"
Penulis mengajak pembaca untuk merenung tentang apa yang benar-benar diinginkan dari perjuangan, yakni kebebasan. Rindu akan kebebasan menjadi pusat dari semua usaha dan pengorbanan.
"Cinta mesra dan pengorbanan itulah proletariat"
Baris ini menyatakan bahwa cinta dan pengorbanan adalah esensi dari proletariat. Proletariat adalah kelas pekerja yang berjuang untuk keadilan dan kesejahteraan.
"Hati yang sebanding dengan Bukit Barisan itulah proletariat"
Perbandingan dengan "Bukit Barisan" menunjukkan kekuatan dan ketahanan hati para pekerja dalam perjuangan mereka.
"Semangat yang nyala melidah api itulah proletariat"
Semangat yang membara dan tak tergoyahkan adalah ciri khas dari proletariat dalam perjuangan mereka.
"Bukankah Lenin 'Burung Rajawali' dan Stalin itu 'Baja' lambang kebebasan dan kekokohan bagi proletariat dari benua ke benua?"
Penulis menggunakan simbolisme untuk mengidentifikasi Lenin sebagai "Burung Rajawali" yang melambangkan visi dan kepemimpinan, sementara Stalin sebagai "Baja" yang melambangkan kekuatan dan ketahanan.
"Jalan menuju kemenangan ini bukanlah jalan bertabur bunga Tapi hasil penempuhan jalan ini warisan kita bagi Lia"
Kesimpulannya, penulis menegaskan kembali bahwa perjuangan menuju kemenangan adalah jalan yang penuh dengan rintangan, tetapi hasil akhirnya adalah warisan yang berharga bagi generasi mendatang, dalam hal ini diwakili oleh "Lia."
"Jalan ini bukan jalan bertabur bunga Tapi beribu kaki menderap di sini menuju kemenangan pasti kebebasan dan damai abadi"
Baris ini mengulangi tema utama bahwa perjuangan adalah keras dan penuh tantangan, tetapi tujuannya adalah kemenangan yang membawa kebebasan dan kedamaian abadi.
Puisi "Bukan Jalan Bertabur Bunga" karya HR. Bandaharo adalah sebuah deklarasi tentang realitas perjuangan dan keyakinan ideologis dalam mencapai kemenangan dan kebebasan. Dengan menggunakan simbolisme dan bahasa yang kuat, puisi ini menggarisbawahi bahwa perjuangan untuk keadilan dan kebebasan bukanlah proses yang mudah atau indah, melainkan penuh dengan rintangan dan pengorbanan. Keyakinan ideologis yang diwariskan oleh tokoh-tokoh revolusioner seperti Lenin dan Stalin menjadi panduan dalam perjuangan ini, sementara cinta dan pengorbanan proletariat adalah inti dari usaha tersebut. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti dari perjuangan dan pengorbanan dalam konteks yang lebih besar.
Karya: HR. Bandaharo
Biodata HR. Bandaharo:
- HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
- HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
- HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.