Berikan Debar Dunia Itu Kembali
pada sisa anggur yang sejuk adalah batuk
lagi yang mana lagi yang bukan yang
debar dunia ialah
ah
resahnya resah
uh
aduhnya aduh
ih
sedihnya sedih
au
risaunya risau
diam tak diam lukalebammu biru
takkan jangan air mata kering ditangan
dan sepi singgah ketengah
mencium malammalam yang basah
risau siapa
sedih siapa
aduh siapa
resah siapa
bapa bapa
bapa
ba
pa
aiyang risau yang sedih yang aduh yang resah
bawalah dupa dukamu kedatuk berhala
berilah debar dunia itu kembali padanya
dalam seteguk salam setanggi
dalam angguk dan perasaan
sendiri
1972
Analisis Puisi:
Puisi "Berikan Debar Dunia Itu Kembali" karya Ibrahim Sattah adalah sebuah karya puitis yang mendalam dan sarat dengan emosi. Dengan gaya bahasa yang intens dan simbolis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tema resah, sedih, dan pencarian makna dalam kehidupan.
Tema Utama
- Resah dan Kesedihan: Puisi ini menyoroti perasaan resah, sedih, dan berbagai bentuk penderitaan emosional. Dengan frasa seperti "resahnya resah," "aduhnya aduh," dan "sedihnya sedih," puisi ini mengungkapkan intensitas perasaan yang dialami oleh seseorang. Setiap perasaan ini digambarkan dengan kekuatan yang mendalam, mencerminkan betapa beratnya beban emosional yang harus ditanggung.
- Keberadaan dan Pencarian Makna: Puisi ini juga mencerminkan pencarian makna dan keberadaan dalam hidup. Frasa "debar dunia ialah" menunjukkan bahwa debar dunia—atau kesibukan dan kompleksitas hidup—adalah bagian dari pengalaman manusia yang mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana perasaan ini mempengaruhi keberadaan dan pencarian makna dalam hidup mereka.
- Simbolisme dan Spiritualitas: Penggunaan simbolisme dalam puisi ini, seperti "dupa dukamu," "berhala," dan "setanggi," menunjukkan elemen spiritual dan ritualistik dalam mengatasi penderitaan. Simbol-simbol ini mengaitkan perasaan dengan praktik spiritual dan pencarian kedamaian.
Gaya Bahasa dan Struktur
- Pengulangan dan Intensitas: Puisi ini menggunakan pengulangan frasa seperti "resahnya resah," "aduhnya aduh," dan seterusnya, untuk menekankan intensitas perasaan yang digambarkan. Pengulangan ini menciptakan efek emosional yang kuat, menggambarkan betapa mendalam dan luasnya rasa yang dialami.
- Pecahan Kalimat dan Struktur Non-Konvensional: Struktur puisi yang tidak konvensional, dengan pecahan kalimat dan penggunaan tanda baca yang tidak biasa, mencerminkan kekacauan dan intensitas emosional. Ini menciptakan rasa ketidakstabilan dan ketidakpastian, sesuai dengan tema puisi tentang resah dan kesedihan.
- Symbolisme: Simbol-simbol dalam puisi ini, seperti "sisa anggur yang sejuk," "dupa dukamu," dan "berhala," digunakan untuk menyampaikan makna yang lebih dalam tentang penderitaan dan pencarian makna. Simbol-simbol ini mengaitkan pengalaman emosional dengan konsep spiritual dan ritualistik, menambahkan lapisan makna tambahan.
Makna dan Interpretasi
Puisi "Berikan Debar Dunia Itu Kembali" mengungkapkan perasaan mendalam tentang resah, kesedihan, dan pencarian makna dalam hidup. Dengan menggunakan pengulangan dan simbolisme, puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang intensitas emosional dan keterhubungan antara perasaan pribadi dan spiritualitas. Frasa "berilah debar dunia itu kembali padanya" menunjukkan harapan untuk menemukan kembali keseimbangan atau kedamaian di tengah penderitaan, dan mencari makna dalam pengalaman yang sulit.
Puisi "Berikan Debar Dunia Itu Kembali" oleh Ibrahim Sattah adalah karya yang mendalam dan emosional, menyoroti tema resah, kesedihan, dan pencarian makna. Dengan gaya bahasa yang intens dan struktur non-konvensional, puisi ini menyampaikan pengalaman emosional dengan kekuatan yang kuat. Penggunaan simbolisme dan pengulangan membantu menciptakan efek puitis yang mendalam, mengundang pembaca untuk merenungkan perasaan mereka dan mencari makna dalam pengalaman hidup mereka sendiri. Puisi ini tidak hanya mencerminkan beban emosional yang dialami individu tetapi juga menggambarkan pencarian spiritual dan harapan untuk menemukan kedamaian.
Biodata Ibrahim Sattah:
- Ibrahim Sattah lahir pada tahun 1943 di Tarempa, Siantan, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.
- Ibrahim Sattah meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 1988 (pada usia 43 tahun) di Pekanbaru.