Zaman yang Mulia
Wahai rang muda putra dan putri!
Anak bangsa nelahan diri,
Ambillah uduk pandang ke Timur,
Pancaran fajar kalimantang makmur!
‘Lah hampir reda suara tabuh;
Susunlah bahu selagi subuh!
Wahai pemuda siliran bangsa!
Keganti kami beresok lusa,
Lekas tinggalkan sitikar pandan,
Jangan segan rupa tak acuh!
Si penggemang nan mati jatuh.
Cepat bangat ambil sarungmu!
Inilah zaman larang bertemu,
Tiadalah daur semulya ini,
Bagi teruna hati berani,
Inilah bulan bakti dan korban,
Berani tinggi penyegah terban.
Jangan ternonong si mundur mara!
Belum waktunya merenung asmara;
Karena digila anak Kebayan
Siang malam terayan-ayan;
Kalau padamu mengalir pusaka,
Darah ‘Syatria sanding Merdeka.
Tiada! Tiadalah masa seakrab ini,
Walau berabad lagi dinanti,
Tidaklah ikhlas sejernih subuh,
Indahlah tanding cinta nan rubuh,
O, tak kan dua pahlawan malam,
Inilah zaman membekamkan nalam.
Sumber: Pujangga Baru (Desember, 1937)
Analisis Puisi:
Puisi "Zaman yang Mulia" karya Intojo adalah sebuah karya yang membangkitkan semangat dan kebanggaan akan masa depan bangsa.
Panggilan untuk Generasi Muda: Puisi ini diawali dengan panggilan kepada para generasi muda, baik putra maupun putri, untuk mengarahkan pandangan mereka ke arah Timur, yang melambangkan sinar fajar kebangkitan dan kemakmuran. Hal ini menciptakan gambaran tentang harapan dan potensi masa depan yang cerah bagi bangsa.
Waktu yang Tepat untuk Bertindak: Penekanan diberikan pada pentingnya bertindak sekarang, tidak menunggu waktu yang lebih baik atau lebih nyaman. Generasi muda diminta untuk bersatu dan bekerja keras, mengambil kesempatan sekarang untuk berjuang demi masa depan yang lebih baik.
Semangat Patriotisme dan Pengabdian: Para pemuda diminta untuk meninggalkan egoisme dan keacuhan diri, serta bersedia berkorban demi kepentingan bangsa. Ini mencerminkan semangat patriotisme dan pengabdian yang diperlukan untuk memajukan bangsa.
Penegasan Akan Masa Depan yang Cerah: Meskipun tantangan mungkin besar dan masa depan mungkin tidak pasti, namun puisi ini menegaskan bahwa saat inilah waktu yang tepat untuk berjuang. Masa depan yang cerah dan mulia menanti bagi mereka yang berani dan gigih.
Puisi "Zaman yang Mulia" membangkitkan semangat dan kebanggaan akan masa depan bangsa. Dengan panggilan kepada generasi muda untuk bertindak dan berjuang, serta penegasan akan pentingnya pengabdian dan patriotisme, puisi ini menginspirasi untuk menciptakan masa depan yang gemilang bagi Indonesia.
Karya: Intojo
Biodata Intojo:
- Intojo (bernama lengkap Raden Intojo) lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 27 Juli 1912
- Intojo sering menggunakan nama samaran, di antaranya Heldas, Rhamedin, Ibnoe Sjihab, Hirahamra, Indera Bangsawan, dan Imam Soepardi.
- Intojo juga dikenal sebagai "Bapak Soneta Sastra Jawa Modern".
- Intojo meninggal dunia pada tahun 1965.