Yang Baru
Kepada Pujangga Muda
Kesuma di tahta megah mulia
Rurun kembang naik kuncup,
Kemarin sore berdiri mika,
Sekang megah kuntum tertutup.
Embun pagi datang segar,
Naik semarak kembang baru,
Layu, muram, kemarin bermekar,
Jatuh semangat zaman lalu.
Harum meraksilah mika puspa,
Ajun berbuai angin pagi,
Bagai berkata: "Inilah kami!"
Rurunan jambang tetap kusimpan,
Dalam khasanah semboyan zaman,
Jiwa tersadar silam ta' lupa
Sumber: Panji Islam (5 Februari 1938)
Analisis Puisi:
Puisi "Yang Baru" karya A. Damhoeri adalah sebuah karya yang memancarkan keindahan alam dan menggambarkan perubahan yang tak terelakkan dalam siklus kehidupan. Melalui bahasa yang indah dan imajinatif, penyair mengajak pembaca merenung tentang keindahan alam dan makna perubahan.
Gambaran Keindahan Alam dan Siklus Kehidupan: Puisi ini dibuka dengan gambaran keindahan alam, khususnya bunga Kesuma yang berdiri megah di tahta yang mulia. Penggunaan kata-kata seperti "megah mulia," "rurun kembang," dan "layu, muram" menciptakan lukisan indah tentang siklus kehidupan dan perubahan yang dialami oleh bunga tersebut.
Simbolisme Kembang Yang Baru: Penyair menggunakan kembang sebagai simbol perubahan dan kehidupan yang terus berlanjut. Pada awalnya, kembang berdiri megah, kemudian kuncup, dan kembali bermekar setelah naik semarak kembang baru. Ini merepresentasikan siklus kehidupan, dengan kemegahan dan kemunduran yang menjadi bagian alami dari proses tersebut.
Perbandingan Antara Kemarin dan Hari Ini: Puisi menampilkan perbandingan antara kemarin dan hari ini, menyoroti perubahan yang tak terelakkan. Kata-kata seperti "kemarin sore berdiri mika" dan "harum meraksilah mika puspa" menggambarkan perubahan dalam kondisi dan aroma bunga dari waktu ke waktu.
Personifikasi Kembang Mika Puspa: Penyair memberikan karakteristik hidup pada bunga mika puspa, seperti kemampuannya untuk "berkata" dan "berbuai angin pagi." Hal ini menciptakan kesan bahwa alam memiliki suara dan kehidupan sendiri, dan bunga menjadi saksi bisu dari waktu dan perubahan.
Simbolisme Embun Pagi dan Kesegaran Baru: Embun pagi diangkat sebagai simbol segar dan kehidupan yang baru. Penggunaan kata-kata "datang segar" dan "naik semarak kembang baru" menciptakan kontras dengan keadaan kemarin yang "layu" dan "muram." Embun pagi menjadi lambang keberanian untuk menghadapi hari baru dan memulai kembali.
Keterkaitan dengan Alam dan Sejarah: Penyair mengekspresikan penghargaan terhadap nilai-nilai masa lalu dan sejarah dengan menyimpan "rurunan jambang" dalam semboyan zaman. Hal ini menciptakan keterkaitan antara kehidupan dan warisan budaya, menegaskan pentingnya memahami dan menghormati akar-akar sejarah dalam menghadapi perubahan.
Puisi "Yang Baru" menggambarkan keindahan dan perubahan alam melalui gambaran bunga Kesuma. Dengan menggunakan simbolisme dan bahasa yang kaya, penyair membawa pembaca untuk merenung tentang siklus kehidupan, keberanian untuk menghadapi perubahan, dan hubungan yang terjalin antara alam dan sejarah. Puisi ini menjadi sebuah peringatan akan keindahan yang terus berlanjut dalam setiap fase kehidupan.
Puisi: Yang Baru
Karya: A. Damhoeri
Biodata A. Damhoeri:
- A. Damhoeri (atau Ahmad Damhoeri) lahir di Batu Payung, Payakumbuh, Sumatra Barat, pada tanggal 31 Agustus 1915.
- A. Damhoeri meninggal dunia di Jorong Lurah Bukik, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 2000 (pada usia 85 tahun).