Puisi: Sekuntum Kembang di Balik Pagar (Karya A. Damhoeri)

Puisi "Sekuntum Kembang di Balik Pagar" karya A. Damhoeri mengeksplorasi tema cinta dan keinginan melalui imajinatif penggambaran kembang sebagai ...
Sekuntum Kembang di Balik Pagar


Ingin daku hendak memetik,
Kembang sekuntum di balik pagar;
"Jangan dijemba!" Suara menghardik,
"Ta' betahkah engkau menahan sabar?"

Pandaikah engkau menyimpa kembang,
Tidakkah layu dalam jambangan?
Aku undur hati pun bimbang,
Puspa apakah ‘tu gerangan?


Sumber: Panji Pustaka (20 Januari 1933)

Analisis Puisi:
Puisi "Sekuntum Kembang di Balik Pagar" karya A. Damhoeri mengeksplorasi tema cinta dan keinginan melalui imajinatif penggambaran kembang sebagai simbol keindahan dan cinta.

Simbolisme Kembang: Puisi ini menggunakan kembang sebagai simbol utama, menciptakan gambaran tentang keindahan dan daya tarik. Kembang di balik pagar mewakili sesuatu yang diinginkan, namun dihadang oleh halangan. Simbolisme ini dapat diartikan sebagai kecantikan yang tersembunyi atau cinta yang sulit dijangkau.

Kontras Dua Suara dalam Puisi: Dua suara yang muncul dalam puisi ini memberikan kontras yang menarik. Suara pertama, yang melarang untuk menjemput kembang, mewakili hambatan dan tantangan. Suara ini juga bisa mencerminkan suara hati nurani atau masyarakat yang melarang hubungan tertentu. Di sisi lain, suara kedua, yang bertanya tentang keberanian menyimpan kembang, menciptakan nuansa kebingungan dan keraguan. Kontras ini menambah kompleksitas emosional dalam puisi.

Pertanyaan Filosofis tentang Kecantikan dan Kehidupan: Pertanyaan "Pandaikah engkau menyimpa kembang, / Tidakkah layu dalam jambangan?" menghadirkan dimensi filosofis dalam puisi ini. Pertanyaan ini bisa diartikan sebagai pertimbangan terhadap keindahan yang mungkin terkikis atau memudar jika disimpan, dan sejauh mana seseorang harus mencari kecantikan dalam hidup.

Ekspresi Keberanian dan Keraguan: Puisi ini menggambarkan pertarungan antara keberanian dan keraguan. Penggambaran hati yang bimbang menambah lapisan emosional pada puisi, menciptakan ketegangan antara keinginan untuk mendapatkan keindahan dan ketakutan akan konsekuensinya.

Bahasa dan Suara Puisi: Puisi ini menggunakan bahasa yang indah dan menggugah imajinasi. Penggunaan kata-kata seperti "menghardik" dan "menghardik" menciptakan suara yang intens dan mendalam, menambahkan dimensi emosional pada puisi.

Puisi "Sekuntum Kembang di Balik Pagar" adalah puisi yang merangkai kecantikan dan cinta dalam sebuah narasi yang memikat. Dengan simbolisme kembang, puisi ini menyampaikan pesan tentang perjuangan mencapai sesuatu yang diinginkan, meskipun dihadang oleh berbagai hambatan. Kontras suara dan pertanyaan filosofis menambah kompleksitas pada tema cinta dan kehidupan yang diangkat oleh penyair. Puisi ini berhasil menggugah pemikiran pembaca dan memberikan ruang bagi berbagai interpretasi.

Puisi: Sekuntum Kembang di Balik Pagar
Puisi: Sekuntum Kembang di Balik Pagar
Karya: A. Damhoeri

Biodata A. Damhoeri:
  • A. Damhoeri (atau Ahmad Damhoeri) lahir di Batu Payung, Payakumbuh, Sumatra Barat, pada tanggal 31 Agustus 1915.
  • A. Damhoeri meninggal dunia di Jorong Lurah Bukik, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 2000 (pada usia 85 tahun).

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.