Sebuah Pantai dalam Sebuah Menhir
di pantai tempat kau pernah menyerahkan tubuhmu
kepada matahari, dan pada pasir di mana pernah tergenang sumsumku.
gerimis terus menimbun jejak-jejak kakimu.
juga masih ada angin yang menyimpan lipatan wangi rongga dadamu
seperti tertinggal sepenggal pegal di situ. tapi kau,
seperti gelombang, tak pernah datang dari tempat beranjak.
tak pernah mampu kupahami pantai ini. yang menguburmu,
menenggelamkan laut di matamu.
"di pantai ini, kita hanya menunggu giliran dikubur. jadi berhentilah
mengenang buah dadaku," ucapmu.
ketika itu, aku membuat dua gundukan di
pasir dan kuletakkan bulatan coklat kecil di atasnya. tapi
itu dulu, saat pantai belum ditanami
beton