Rumah Desa
Seluruh desa seolah-olah menda'wa
kebengisan kemiskinan, yang menerkam
kehidupan, pondok-pondok laksana
orang urban k'sakitan, menderam-deram.
Miring semua, hanya bertiang bambu,
seperti orang tua memakai tongkat,
membatuk-batuk, berjalan lambat-lambat,
membungkuk-bungkuk sambil mengeluh-ngeluh.
Angin ribut memukul-mukul mereka.
Dengar! Hura-hura! Keluh-kesah!
Cambuk angin, riuh-rendah, meluka
sekalian pondok! Atap terbelah-belah.
Bagai meminta ampun seluruh desa!
Hampir jatuh, hampir mati! Memekik,
meminta tolong, hampir putus asa!
Napas hampir padam, lembik, berdetik!
Sumber: Bunga Bakti (1935)
Analisis Puisi:
Puisi Rumah Desa" karya Marius Ramis Dayoh adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan di desa dengan gaya yang penuh warna dan penggambaran yang kuat.
Deskripsi Kehidupan Desa: Puisi ini menggambarkan kehidupan di desa dengan menghadirkan gambaran yang kuat dan realistis. Penyair menggunakan bahasa yang kaya akan detail untuk menggambarkan kondisi rumah-rumah di desa yang miskin dan terpinggirkan.
Personifikasi Desa: Penyair memberikan sifat-sifat manusiawi pada desa itu sendiri. Desa "seolah-olah menda'wa" dan "mengeluh-ngeluh", menunjukkan bahwa desa dianggap memiliki kehidupan dan emosi sendiri.
Kemiskinan dan Penderitaan: Puisi ini menggambarkan kemiskinan dan penderitaan yang dialami oleh penduduk desa. Pondok-pondok yang miring, bertiang bambu, dan terkena "kebengisan kemiskinan" menjadi simbol dari kesulitan dan kekurangan yang mereka hadapi.
Personifikasi Alam: Alam digambarkan sebagai entitas yang juga menderita bersama penduduk desa. Angin ribut yang "memukul-mukul" dan "cambuk angin" yang "meluka" menunjukkan bahwa alam turut berbagi penderitaan dengan manusia.
Kesengsaraan dan Keputusasaan: Puisi ini menciptakan atmosfer kesengsaraan dan keputusasaan di desa. Suara "hura-hura" dan keluhan yang melanda desa menggambarkan betapa mereka hampir putus asa dalam menghadapi kesulitan hidup.
Dorongan untuk Perubahan: Meskipun puisi ini menggambarkan penderitaan, ada juga elemen dorongan untuk perubahan. Desa "meminta ampun" dan hampir putus asa, tetapi masih ada semangat untuk bertahan hidup dan mencari pertolongan.
Dengan demikian, puisi "Rumah Desa" merupakan sebuah gambaran yang kuat tentang kondisi kehidupan di desa, di mana kemiskinan, penderitaan, dan keputusasaan dihadapi seiring dengan semangat bertahan hidup dan harapan untuk perubahan.
Karya: Marius Ramis Dayoh
Biodata Marius Ramis Dayoh:
- Marius Ramis Dayoh lahir di Airmandidi, Minahasa, Sulawesi Utara, pada tanggal 2 November 1909.
- Marius Ramis Dayoh meninggal di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 15 Mei 1975 (pada usia 65 tahun).