Pusaka Turun Temurun
Azas dua menjadi satu,
Ya'ni satu di dalam jiwa,
Jadi abah kehidupan manusia,
Hiiang satu hilang semua.
Dan satu ialah dua,
Maksud hidup yang utama,
Jadi dua di dalam satu,
Dan satu di dalam dua.
Segala pergerakan manusia berkeliaran,
Mencari satu untuk yang satu,
Dapat itu lepaslah beban,
Ya'ni uang raja dunia.
Ada uang adalah hidup,
Dunia dalam telapak tangan,
Tiada uang adalah mati,
Hidup dalam berangan-angan.
Yang kedua dalah perempuan,
Dapat satu ingin kedua,
Dan dunia yang berputar ini,
Tiada menjadi karena itu.
Dari awal zaman ke akhir zaman,
Inilah pusaka yang sejati,
Masa kiamat akan datang,
Jika hilang satu antara dua ini ......
Sumber: Panji Islam (25 Maret 1938)
Analisis Puisi:
Puisi "Pusaka Turun Temurun" karya A. Damhoeri merangkum nilai-nilai dan realitas kehidupan manusia, menciptakan refleksi mendalam tentang aspek-aspek penting dalam eksistensi manusia. Dengan menggunakan bahasa yang simbolis, penyair mengajak pembaca untuk merenung tentang esensi hidup.
Azas Dua Menjadi Satu: Penyair memulai dengan menyatakan azas dua yang menjadi satu, merujuk pada hubungan yang kompleks dan saling terkait dalam kehidupan manusia. Pernyataan ini menciptakan dasar untuk pemahaman bahwa kehidupan manusia melibatkan berbagai unsur yang berinteraksi dan berkaitan satu sama lain.
Dualitas dan Kesatuan dalam Hidup: Puisi ini memperkenalkan konsep dualitas dan kesatuan dalam hidup. Ungkapan "satu di dalam dua" dan "dua di dalam satu" menyoroti kompleksitas hubungan antara berbagai elemen kehidupan, seperti perempuan dan uang, yang bersifat dua namun juga terkait erat.
Pergerakan Manusia dan Pencarian Arti Hidup: Penyair menggambarkan pergerakan manusia yang terus berkeliaran, mencari makna hidup dan arti. Pencarian ini, seperti yang dinyatakan dalam puisi, sering kali terfokus pada unsur-unsur seperti uang, yang dianggap sebagai "uang raja dunia." Ini mencerminkan realitas bahwa dalam perjalanan hidup, banyak orang mencari pemenuhan melalui pencapaian material dan kekayaan.
Uang dan Hidup dalam Konteks Dunia: Puisi membahas peran uang dalam kehidupan manusia. Uang dianggap sebagai simbol keberhasilan, kehidupan yang mapan, dan kekuasaan. Namun, penyair juga menekankan bahwa hidup tanpa uang dianggap sebagai kehidupan yang hampa, "hidup dalam berangan-angan."
Dualitas Perempuan dan Penciptaan Dunia: Dualitas antara laki-laki dan perempuan diakui dalam puisi ini. Perempuan dianggap sebagai unsur yang menciptakan dualitas dan kehidupan itu sendiri. Pencarian dan hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi bagian integral dari makna hidup dan dunia.
Pusaka Sebagai Warisan yang Sejati: Penyair menyebutkan bahwa "Pusaka Turun Temurun" adalah sesuatu yang sejati dan menjadi warisan dari zaman ke zaman. Pusaka ini mewakili nilai-nilai dan kebijaksanaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Ancaman Kiamat dan Kehilangan Dualitas Penting: Puisi menyentuh tema kiamat sebagai ancaman jika terjadi kehilangan salah satu dari dua unsur penting, yaitu "satu antara dua ini." Ini menciptakan perasaan urgensi dan kepentingan untuk menjaga keseimbangan antara elemen-elemen kunci dalam kehidupan.
Puisi "Pusaka Turun Temurun" menggambarkan kompleksitas kehidupan manusia, menekankan pentingnya kesatuan dan dualitas dalam pencarian makna hidup. Puisi ini menciptakan refleksi mendalam tentang nilai-nilai, hubungan, dan realitas dalam perjalanan manusia melalui waktu. Melalui bahasa simbolis, penyair menyampaikan pesan tentang keberagaman dan keterkaitan yang mendalam dalam kehidupan manusia.
Puisi: Pusaka Turun Temurun
Karya: A. Damhoeri
Biodata A. Damhoeri:
- A. Damhoeri (atau Ahmad Damhoeri) lahir di Batu Payung, Payakumbuh, Sumatra Barat, pada tanggal 31 Agustus 1915.
- A. Damhoeri meninggal dunia di Jorong Lurah Bukik, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 2000 (pada usia 85 tahun).