Puisi: Panggilan (Karya A. Damhoeri)

Puisi "Panggilan" karya A. Damhoeri membahas tema tentang panggilan untuk beribadah, terutama dalam konteks azan dan kehadiran spiritual yang ...
Panggilan


Benderang hari tandakan siang,
Membayang fajar di ufuk timur,
Habis gelap suram membayang,
Mata sepicing ta' mau tidur.

Datang mengalun mengayun lemah,
Seada-ada terdengar telinga,
Dari jauh 'azan bertingkah,
Bedukpun berbunyi entah dimana ....

Bagai bermimpi terngiang-ngiang,
Diulit musik parak siang,
Azan itu sebagai dendang,
Dan tabuh umpama genderang ....

Berbisik iblis lenalah diri,
Mata terkatup, berangan-angan.
Dipaluk sejuk dinihari,
Dihela selimut ditutup badan.

O, datang sinar alun berjumpak,
Panggilan gaib menyembah Tuhan,
Nyah keparat setan terkutuk,
Datang merayu mengebat badan ....

Inilah damai, damai semua,
Tunduk bersujud atas masalla,
Memuji Tuhan 'Azza wajalla,
Demikian mesti mengabdikan nyawa ....

Sumber: Panji Islam (5 Februari 1938)

Analisis Puisi:
Puisi "Panggilan" karya A. Damhoeri merupakan sebuah karya yang menciptakan suasana spiritual dan keagamaan. Puisi ini membahas tema tentang panggilan untuk beribadah, terutama dalam konteks azan dan kehadiran spiritual yang membawa damai.

Deskripsi Alam dan Waktu: Puisi dimulai dengan deskripsi alam dan waktu yang menggambarkan awal hari, dengan menyebut benderangnya hari yang menandakan siang dan fajar yang muncul di ufuk timur. Deskripsi ini menciptakan atmosfer yang tenang dan menenangkan.

Azan Sebagai Panggilan: Penyair membawa pembaca ke dalam pengalaman mendengar azan, panggilan untuk beribadah. Azan dijelaskan sebagai suara yang mengalun dan mengayun lemah, dan meskipun seada-ada, tetapi terasa mendalam di telinga. Azan dianggap sebagai panggilan spiritual yang membawa kehadiran Tuhan yang sangat dirindukan.

Perbandingan Azan dengan Musik Parak Siang: Puisi menggunakan perbandingan antara azan dengan musik parak siang. Azan diibaratkan sebagai mimpi yang terngiang-ngiang, seperti musik yang membangkitkan keindahan dan kesucian di tengah hari. Perbandingan ini menunjukkan keindahan spiritual dan ketenangan yang membawa azan.

Simbolisme Azan dan Beduk: Azan dan bunyi beduk menjadi simbol panggilan untuk ibadah. Azan diibaratkan sebagai dendang dan beduk sebagai genderang, menyoroti peran keduanya dalam membimbing umat untuk bersujud dan menghamba kepada Tuhan. Keduanya menciptakan kesan sakral dan agung dalam pelaksanaan ibadah.

Keberadaan Setan dan Sejuk Dinihari: Penyair menggambarkan kehadiran setan di saat mata terkatup dan pikiran melayang dalam angan-angan. Namun, sejuk dinihari dan selimut yang menutup badan menciptakan perlindungan dan perasaan aman dari godaan setan. Ini mencerminkan kontras antara kejahatan dan ketentraman spiritual.

Panggilan Gaib dan Perayuan untuk Beribadah: Puisi membawa pembaca ke dalam keberadaan panggilan gaib yang menyembah Tuhan. Panggilan ini datang merayu dan mengebat badan, menggambarkan kehadiran spiritual yang memberikan damai dan ketenangan dalam ibadah.

Ketaatan dan Pengabdian sebagai Damai: Penyair menekankan bahwa damai dapat ditemukan dalam ketaatan dan pengabdian kepada Tuhan. Pujian Tuhan dan pengabdian diri menjadi landasan untuk meraih damai, dan inilah yang harus diabdikan oleh setiap individu sebagai bentuk pengabdian sejati.

Puisi "Panggilan" menciptakan gambaran tentang kehadiran spiritual melalui azan dan panggilan untuk beribadah. Penyair dengan indah menggambarkan keindahan alam, panggilan gaib, dan perasaan damai yang ditemukan dalam ketaatan kepada Tuhan. Puisi ini memadukan unsur-unsur keagamaan dengan gambaran alam dan kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan pengalaman spiritual yang mendalam dan penuh makna.

Puisi: Panggilan
Puisi: Panggilan
Karya: A. Damhoeri

Biodata A. Damhoeri:
  • A. Damhoeri (atau Ahmad Damhoeri) lahir di Batu Payung, Payakumbuh, Sumatra Barat, pada tanggal 31 Agustus 1915.
  • A. Damhoeri meninggal dunia di Jorong Lurah Bukik, Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, pada tanggal 6 Oktober 2000 (pada usia 85 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.