Puisi: Angklung (Karya M. Taslim Ali)

Puisi "Angklung" menggambarkan secara intens penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh rakyat jelata. Melalui imaji angklung dan gambaran ...
Angklung

Sedang bermenung menyadar untung
Kedengaran dentung suara angklung
Merayu beta dengan duka
Duka nestapa rakyat jelata

Bagai kelihatan di penglihatan
Dirundung rawan di tepi jalan
Dua berkawan dekat pagaran
Meminta makan, harapkan pakaian

Bajunya becak, koyak-koyak
Hidup mendesak, mereka tercampak
Kian kemari mencari rezeki
Buat pembeli sesuap nasi

Jangan tertawa saudara semua
Melihat pakaiannya demikian rupa
Dari desa datang mereka
Dibawa ditunda alun sengsara

Banyaklah dia telah menderita
Siksa neraka rantau dunia
Rezeki liar hendak dikejar
Kesudahan kisar perut yang lapar

Berdentung-dentung bunyinya angklung
Berdengung-dengung di dalam menung
Berulang-ulang menyatakan malang
Bertimpa datang, bertalu menyerang

Hilang dengungnya, tinggallah beta
Di penglihatan sengsara semata-mata
Cahaya suka meninggalkan mata
Gelombang duka bergulung di dada

Sumber: Pujangga Baru (1940)

Analisis Puisi:

Puisi "Angklung" karya M. Taslim Ali adalah sebuah karya yang menggambarkan penderitaan dan kesulitan hidup rakyat jelata, disampaikan melalui gambaran suara angklung, sebuah alat musik tradisional dari Indonesia.

Imaji Angklung: Angklung dalam puisi ini tidak hanya menjadi alat musik, tetapi juga menjadi simbol penderitaan dan kesulitan hidup. Dentingan angklung mencerminkan kesedihan, duka, dan penderitaan yang dialami oleh rakyat jelata.

Penderitaan Rakyat Jelata: Puisi menggambarkan gambaran kehidupan yang sulit dari sudut pandang rakyat jelata. Mereka hidup dalam kemiskinan dan kesulitan, mencari nafkah dengan usaha keras namun masih terus terpinggirkan oleh kemiskinan.

Ketidakadilan Sosial: Puisi menyoroti ketidakadilan sosial di mana orang-orang miskin terpinggirkan dan dilupakan oleh masyarakat. Mereka harus bertahan hidup dalam kondisi yang sulit dan tanpa banyak perhatian dari pihak lain.

Penampilan Fisik sebagai Penanda Sosial: Penampilan fisik dan pakaian para rakyat jelata menjadi simbol dari kesulitan hidup yang mereka alami. Bajunya yang koyak-koyak dan kondisi fisik yang memprihatinkan menjadi bukti dari penderitaan yang mereka hadapi.

Suara Angklung sebagai Pencerminan Duka: Dentingan angklung yang terus bergema menggambarkan kesedihan yang terus menerus menghantui kehidupan mereka. Bunyi angklung menjadi metafora dari derita yang tak kunjung usai.

Kehilangan Harapan dan Cahaya: Akhir dari puisi menegaskan kehilangan harapan dan kegelapan yang menyelimuti kehidupan rakyat jelata. Mereka hidup dalam kesedihan dan kesulitan, tanpa ada cahaya atau harapan yang terlihat di depan mereka.

Puisi "Angklung" adalah sebuah karya yang menggambarkan secara intens penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh rakyat jelata. Melalui imaji angklung dan gambaran kehidupan yang sulit, penyair berhasil menyampaikan pesan yang mendalam tentang ketidakadilan sosial dan kesengsaraan manusia.

Puisi: Angklung
Puisi: Angklung
Karya: M. Taslim Ali

Biodata M. Taslim Ali:
  • M. Taslim Ali lahir di Painan, Sumatera Barat, pada tanggal 16 Juni 1916.
© Sepenuhnya. All rights reserved.