Puisi: Rumah Puisi (Karya Ajamuddin Tifani)

Puisi "Rumah Puisi" karya Ajamuddin Tifani merangkum perjalanan perasaan dan pikiran penyair terhadap kekasihnya, serta hubungan mereka dengan ...
Rumah Puisi

mengapa masih jua limpas rindu lautmu
setelah kuciptakan surau di puncak karang
setelah kuhiasi langit malammu
dengan tujuhpuluhribu kubah-kubah al fatihah
dan merajuk pasir di seluruh pantaiku untuk mengaku
pasir zikirku, pasir lautmu

lah kutimang-tandas tikammu, sedarah-sedarah
lah kubuai timpas-simburmu sepasir-sepasir
lah kusudahkan getir khuldimu setangis-setangis

geramku tak jua memahami rahasia cinta
yang kau tetaskan di sarang-sarang gelisahku
yang senantiasa bergetar, senantiasa amarah
pada jarak dan waktu

mengapa masih jua ratap deram lautmu
padahal di lubuknya sudah kutanam pohon angsanaku
tempat camarku membangun rumah puisinya
tempat daun keringku menyelesaikan kepunahannya

Sumber: Tanah Perjanjian (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Rumah Puisi" karya Ajamuddin Tifani merangkum perjalanan perasaan dan pikiran penyair terhadap kekasihnya, serta hubungan mereka dengan alam, keindahan, dan kesedihan.

Tema Cinta dan Kerinduan: Puisi ini menggambarkan perasaan rindu yang mendalam terhadap kekasih, terutama terhadap kedekatan dan kebersamaan di tepi laut. Penyair menyampaikan kerinduannya yang tak kunjung reda meskipun dia telah melakukan banyak hal untuk memperindah dan mengabadikan kenangan akan cinta tersebut.

Simbolisme Laut dan Alam: Laut menjadi simbol keabadian dan keindahan cinta, namun juga memuat kesedihan yang mendalam. Di tengah keindahan alam, terdapat juga perjuangan penyair untuk memahami dan meredakan perasaannya yang penuh gejolak.

Kontradiksi antara Kebahagiaan dan Kesedihan: Penyair menunjukkan kontradiksi antara kebahagiaan dan kesedihan dalam cinta. Meskipun telah melakukan banyak hal untuk menciptakan "rumah puisi" di hati kekasihnya, penyair masih merasakan rasa kehilangan dan ketidakpastian yang menyertainya.

Gaya Bahasa yang Kaya: Penyair menggunakan bahasa yang kaya dan metaforis untuk menggambarkan kompleksitas perasaan dan pengalaman cinta. Metafora seperti "tikam" dan "timba" digunakan untuk merujuk pada hubungan yang penuh gejolak dan rasa sakit.

Pertanyaan tentang Cinta dan Kehidupan: Puisi ini juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang cinta dan kehidupan, termasuk tentang rahasia cinta yang sulit dipahami, serta keabadian dan keindahan dalam kesedihan dan kehilangan.

Keindahan dan Kesedihan: Puisi ini mencampur adukkan keindahan alam dengan kesedihan batin manusia. Meskipun alam memberikan keindahan yang memukau, namun di dalam hati penyair terdapat penderitaan dan kesulitan yang tak terungkapkan.

Dengan keseluruhan elemen ini, "Rumah Puisi" menghadirkan gambaran yang kompleks tentang cinta, kesedihan, dan keindahan alam, serta menantang pembaca untuk merenungkan arti sejati dari hubungan manusia dengan alam dan dengan sesama.

Puisi: Rumah Puisi
Puisi: Rumah Puisi
Karya: Ajamuddin Tifani

Biodata Ajamuddin Tifani:
  • Ajamuddin Tifani lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 23 September 1951.
  • Ajamuddin Tifani meninggal dunia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 6 Mei 2002.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Mencaridi terik matahari kotaadakah kau tahuaku mencarimubila sore menyentuh punggung gerejakuingat baik-baik bahwakau di sampingkumenunduk dan setengah bisuhai, jangan permainkan …
  • Perenjakbaik! Untuk itukah cuma burung perenjak yang tengahasyik menyanyi segera untuk menyatakan: “Tidak!”tapi burung perenjak pun punya hakkatakan itu pada cakrawalaia menciap se…
  • Dengan Apadengan bahasa apa yang tepat untuk kutulis riwayat iniseekor burung perenjak yang gugup terbang, melintasisiangpenyaksi arak-arakan suara, dan batu yang sempatmenyeka air…
  • Karamaku ingat kamu, sebab, bukanlah laut namanyajika kau tak membiarkan perahu berkaramanpada lenguh-lunglaiku, pada puncak ketinggianaku kenang biru jubahmuyang menjelma gelomban…
  • Requiem MeratusBagi Joko Pekikdan engkau pun saksi atas terkelupasnya kerak bumi di meratusdan siapa yang menjadikan sukaatas kesengsaraan ini, jeritan yang dikirim angin kemarike …
  • Jika Ia Daunjika ia daun, berilah gugur, berilahagar tanah dapat menghimpunkan humusnyarestu bagi luka-riangnya ibu pohonnyajika ia darah, sempurnakanlah perih lukanya,sempurnakanl…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.