Surat dari Rantau
terlewat sudah mimpi semalam tentang tanah jawa
yang membelit rinduku, menikam kenang
pada rusuk-rusuk keletihan jiwa
wahai, menaburlah senyum kampungku
biar kecemasanku tak senandungkan lagu luka
di setiap langkah-langkah yang asing
ah, tanah bugis yang senantiasa menjabat jiwaku erat-erat
tegakah kau melihat keletihan sukmaku?
hari demi hari terhidang kemelut kemarau panjang
wajah-wajah merah nelayan yang mencemaskan
lambaian pepohonan nyiur dalam bahasa duka
geleparan burung di atas bukit warna darah
jeritan bocah-bocah bugil mengejar-ngejar lidah ombak
sorot matanya berkilatan tanpa kerdipan masa depan
sedang sebilah badik diam-diam menggarit di punggungku
batinku terasa melelehkan darah
seribu bayangan badik berkelebat menatapku curiga
kecemasan terbakar, rindu terkapar
ah, terlewat sudah mimpi tentang tanah jawa.