Puisi: Selat Makassar Suatu Malam (Karya Tri Astoto Kodarie)

Puisi "Selat Makassar Suatu Malam" karya Tri Astoto Kodarie menggambarkan perjalanan spiritual dan emosional seseorang yang terus berjuang di ...
Selat Makassar Suatu Malam

dari sini aku mesti memulai lagi
menggeliatkan diri sambil menyongsong tanya
yang tak mungkin kutolak dengan segala kesanggupan
untuk mengerti keluh dan gairah yang pecah
bersama kedasyatan gemuruh ombak
bergulung penuh makna
seperti merayap pada waktu yang selalu gelisah

telah berpaling aku di sini
memandang rindu yang kusam, kusenyumi silam
terpintal segala kekuatan baru
di atas olengnya perahu
: aku telah berdiri di sini dengan wajah jelaga!

1983

Analisis Puisi:

Puisi "Selat Makassar Suatu Malam" karya Tri Astoto Kodarie menghadirkan narasi yang dalam tentang kehidupan, refleksi, dan perjuangan dalam menghadapi tantangan. Dengan latar Selat Makassar, puisi ini menggambarkan hubungan antara manusia dan alam, serta pencarian makna hidup di tengah guncangan gelombang laut dan kegelisahan waktu.

Perjuangan dan Kekuatan Diri

Puisi ini dimulai dengan narator yang merasa perlu memulai kembali sesuatu dalam hidupnya. Kalimat pembuka "dari sini aku mesti memulai lagi" memberikan kesan bahwa tokoh dalam puisi ini telah melalui berbagai fase kehidupan yang penuh tantangan, dan sekarang ia berada di titik awal yang baru. Namun, ia tidak menyerah pada situasi yang dihadapinya:

menggeliatkan diri sambil menyongsong tanya
yang tak mungkin kutolak dengan segala kesanggupan

Dalam konteks ini, "menggeliatkan diri" bisa diartikan sebagai usaha untuk bangkit dan menghadapi pertanyaan-pertanyaan hidup yang tak bisa dihindari. Kata "tanya" merujuk pada ketidakpastian dan tantangan yang harus dijawab dengan segala kemampuan, menunjukkan perjuangan untuk memahami keluh dan gairah kehidupan.

Hubungan Manusia dengan Alam

Selat Makassar, sebagai latar puisi ini, bukan hanya sekadar lokasi geografis, tetapi juga simbol dari kekuatan alam yang luas dan penuh makna. Gelombang laut digambarkan sebagai entitas yang penuh dengan pesan dan arti, yang mengiringi perjalanan hidup sang narator:

bersama kedasyatan gemuruh ombak
bergulung penuh makna

Kekuatan ombak yang terus menggulung ini bisa dianggap sebagai metafora dari tantangan kehidupan yang terus datang. Narator tidak hanya sekadar menonton ombak, tetapi merasakan kedasyatan dan arti di baliknya. Gelombang ini tidak hanya mencerminkan kekuatan alam, tetapi juga kegelisahan waktu, seolah-olah alam dan waktu saling merayap dengan cemas di sepanjang kehidupan manusia:

seperti merayap pada waktu yang selalu gelisah

Di sini, alam dan waktu bukanlah elemen pasif, melainkan bagian integral dari pengalaman manusia, yang selalu bergerak dan mengguncang kehidupan dengan ketidakpastian.

Rindu dan Refleksi Masa Lalu

Bagian tengah puisi menunjukkan refleksi mendalam terhadap masa lalu. Ada kerinduan yang diakui, meskipun kenangan itu mungkin sudah memudar dan menjadi kusam. Namun, masa lalu tetap memiliki kekuatan untuk membentuk dan memperbarui diri narator:

telah berpaling aku di sini
memandang rindu yang kusam, kusenyumi silam

Penggunaan kata "kusam" menandakan bahwa kenangan ini bukan lagi hal yang terang atau jelas, tetapi tetap memiliki peran penting dalam proses pembentukan identitas dan kekuatan baru. Narator menggunakan kenangan tersebut sebagai batu loncatan untuk menciptakan kekuatan baru di dalam dirinya. Refleksi masa lalu ini membantunya berdiri kuat, meskipun di atas perahu yang oleng dan rapuh:

terpintal segala kekuatan baru
di atas olengnya perahu

Ini merupakan gambaran tentang ketahanan dan kemampuan manusia untuk tetap bertahan meski dihadapkan dengan situasi yang tidak stabil.

Identitas Diri dan Kesadaran akan Kerapuhan

Di bagian akhir, narator menyatakan dengan tegas posisinya saat ini: "aku telah berdiri di sini dengan wajah jelaga!". Kata "wajah jelaga" bisa diartikan sebagai simbol dari kondisi kehidupan yang keras dan penuh perjuangan. Jelaga merupakan sisa pembakaran, sebuah tanda dari proses yang telah dilalui dan mengubah seseorang.

Wajah yang dipenuhi jelaga melambangkan pengalaman dan luka-luka yang ditinggalkan oleh kehidupan, tetapi juga mencerminkan kekuatan dan ketangguhan. Meskipun narator mungkin sudah melalui berbagai kesulitan, ia masih berdiri kokoh dengan identitas yang diperkuat oleh pengalaman tersebut.

Gaya Bahasa dan Simbolisme

Tri Astoto Kodarie menggunakan bahasa yang penuh dengan metafora dan simbol untuk menggambarkan hubungan antara manusia dan alam serta perjuangan batin tokoh utama. Laut, ombak, dan perahu adalah elemen yang kerap muncul dalam puisi ini, melambangkan tantangan, ketidakstabilan, dan perjalanan hidup. Gelombang laut yang kuat dan berulang melambangkan ketidakpastian hidup, sementara perahu yang oleng menjadi simbol dari ketahanan manusia meskipun berada di tengah situasi yang sulit.

Penggunaan frasa seperti "gemuruh ombak bergulung penuh makna" dan "waktu yang selalu gelisah" memperkuat tema ketidakpastian waktu dan kekuatan alam yang mempengaruhi kehidupan manusia. Alam dan waktu dalam puisi ini bukan hanya latar belakang, melainkan bagian integral dari perjalanan hidup narator.

Puisi "Selat Makassar Suatu Malam" karya Tri Astoto Kodarie adalah refleksi yang mendalam tentang perjuangan manusia dalam menghadapi tantangan kehidupan dan waktu yang tak pernah berhenti. Latar Selat Makassar dan elemen alam seperti ombak, perahu, dan waktu menjadi simbol dari kegelisahan, ketidakpastian, dan kekuatan yang harus dihadapi oleh manusia. Puisi ini menekankan pentingnya ketahanan diri dalam menghadapi kesulitan, dan bagaimana refleksi terhadap masa lalu bisa menjadi sumber kekuatan baru.

Dalam puisi ini, Tri Astoto Kodarie menggambarkan perjalanan spiritual dan emosional seseorang yang terus berjuang di tengah kehidupan yang oleng, namun tetap berdiri dengan identitas yang diperkuat oleh pengalaman. Karya ini menawarkan pandangan tentang kekuatan manusia dalam menghadapi ketidakpastian hidup, dan bagaimana alam dapat menjadi cermin dari perjuangan batin yang dialami.

Puisi: Selat Makassar Suatu Malam
Puisi: Selat Makassar Suatu Malam
Karya: Tri Astoto Kodarie

Biodata Tri Astoto Kodarie:
  • Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Maret 1961.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.