Puisi: Rindu (Karya A. M. Dg. Myala)

Puisi "Rindu" karya A. M. Dg. Myala menggambarkan perasaan rindu dalam berbagai bentuk, serta bagaimana perasaan ini dapat mempengaruhi interaksi ....
Rindu

Jikalau aku menjadi angin,
Akan berbisik daku, berbisik,
Biarkan segala yang merasai,
Akan mendengar rindu dendamku,
Biarkan segala yang mengetahui,
Akan menginsafi kehadiranku...

Jikalau aku menjadi air,
Akan mengalir daku, mengalir,
Biarkan segala yang menjadi panas,
Mandi sejuk hawa sekarang,
Biarkan segala yang mabuk,
Mandi sinar terang sekarang...

Jikalau aku menjadi api,
Akan membakar daku, membakar,
Biarkan segala yang mengikat,
Melepas tangan kaki sekarang,
Biarkan segala yang mesum,
Berganti harum dupa sekarang...

Dan jikalau aku menjadi tanah,
Memandang tamasya yang bukan-bukan,
Melihat peristiwa yang menyedihkan,
Akan kupeluk bumi sekarang,
Biarkan segala yang merasa,
Tidak tahu merasai lagi...

Sumber: Pujangga Baru (November, 1934)

Analisis Puisi:

Puisi "Rindu" karya A. M. Dg. Myala adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan rindu dalam berbagai bentuk, serta bagaimana perasaan ini dapat mempengaruhi interaksi manusia dengan alam. Puisi ini memanfaatkan penggunaan simbolisme dan personifikasi untuk mengekspresikan perasaan rindu dan melukiskan dampaknya pada berbagai aspek kehidupan.

Manifestasi Rindu: Puisi ini menggambarkan bagaimana perasaan rindu dapat berubah-ubah dalam berbagai bentuk dan manifestasi. Penyair menggunakan simbol angin, air, api, dan tanah untuk mewakili berbagai ekspresi perasaan rindu. Setiap elemen ini memiliki efek yang berbeda pada orang-orang dan lingkungan di sekitarnya.

Simbolisme Alam: Dalam puisi ini, unsur-unsur alam seperti angin, air, api, dan tanah digunakan secara simbolis untuk mewakili perasaan manusia. Angin yang berbisik melambangkan kelembutan perasaan dan penghiburan dalam rindu. Air yang mengalir melambangkan pengharapan dan penyegaran dalam rindu. Api yang membakar melambangkan intensitas perasaan rindu dan hasrat. Tanah yang memandang melambangkan pemahaman dan penerimaan dalam rindu.

Personifikasi Alam: Dalam puisi ini, alam dipersonifikasikan dengan memberinya kemampuan berbicara dan berinteraksi dengan perasaan rindu manusia. Elemen-elemen alam tersebut memberikan respons terhadap perasaan rindu dan memberikan pemahaman serta kenyamanan.

Hubungan Manusia dan Alam: Puisi ini menyoroti hubungan erat antara manusia dan alam. Elemen-elemen alam dalam puisi ini tidak hanya menjadi latar belakang, tetapi juga aktor yang ikut berperan dalam mengungkapkan dan mengatasi perasaan rindu manusia.

Dampak Rindu: Puisi ini menggambarkan bahwa perasaan rindu dapat mempengaruhi persepsi manusia terhadap dunia sekitarnya. Dalam setiap contoh, alam memberikan solusi atau pelarian dari perasaan rindu, memberikan penghiburan dan pemahaman pada mereka yang merasakannya.

Makna Filosofis: Puisi ini memiliki makna filosofis yang lebih dalam tentang keberadaan manusia dalam kaitannya dengan alam dan perasaan yang dialaminya. Pesan ini dapat diartikan bahwa alam memiliki cara sendiri untuk memberikan jawaban dan penyelesaian terhadap perasaan-perasaan manusia.

Puisi "Rindu" karya A. M. Dg. Myala adalah karya sastra yang menggunakan elemen alam sebagai simbol untuk menggambarkan perasaan rindu dalam berbagai bentuk dan dampaknya. Puisi ini memperlihatkan hubungan kompleks antara manusia dan alam, serta mengajak pembaca untuk merenung tentang makna lebih dalam dalam perasaan-perasaan dan interaksi manusia dengan lingkungannya.

Puisi: Rindu
Puisi: Rindu
Karya: A. M. Dg. Myala

Biodata A. M. Dg. Myala:
  • A. M. Dg. Myala (atau Abdul Muin Daeng Myala) adalah salah satu sastrawan Indonesia Angkatan Pujangga Baru.
  • A. M. Dg. Myala lahir di Makassar pada tanggal 2 Januari 1909.
  • Selain menggunakan nama A. M. Dg. Myala, dalam dunia sastra, Abdul Muin Daeng Myala juga pernah menggunakan A. M. Thahir.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Nanti, Nantikanlah! Rumput kering kemuning terhampar luas. Gemetar tampak hawa panas atas padang sunyi. Ah, Rumput, akarmu jangan turut mengering; jangan mati kaku di tana…
  • Kalah diburu sukmaku di sepanjang langit berdarah ringkik kuda dan mega yang lelah angin luka di lembah-lembah katakan cakrawala itu menyiksa…
  • Aku Ingin Menjadi Batu di Dasar Kali Aku ingin menjadi batu di dasar kali Bebas dari pukulan angin dan keruntuhan Sementara biar orang-orang bersibuk diri Dalam desa…
  • Telaga Remaja Kuning bercahya keemasan Telaga remajaku tampak terbentang: Jernih tenang, seraya memandang Gadis rupawan pelahan datang ... Riang senang memandikan diri B…
  • Cuaca di Sorga Cuaca di sorga saat ini buruk, katanya kucatat bisik kemarau daun berkelakar dengan hari gugurnya jatuh dari mata bulan yang rapuh. Aku turun men…
  • Negara Bangun (1) Bagai kesuma putih, tersebar wangi atas lautan daun hijau, Jauh tercium harumnya, dibawa pergi angin yang lalu, terserak terletak di tengah-tengah samudra b…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.