Puisi: Pohon Andaian (Karya Badruddin Emce)

Puisi: Pohon Andaian Karya: Badruddin Emce
Pohon Andaian

Dab, andai satu saja pohon sepertimu, ah, di ketinggian berkabut bukitmu, setiap menjelang kemarau, pohon itu kembali meluaskan diri. Airpun berebut masuk. Berpusaran mencari titik terdalam dasar pohon itu. Sedang alang-alang, runtuhan tanah kapur, batu, pasir, bergantian tikus dan ular sawah, hanya bisa membujuk tak lebih dari separuhnya. Mereka menjauh menuju laut sesungguhnya. Penghujan berlalu, pohon itu kembali mengatup. Rapat hingga seperti tak menyimpan setetespun, bahkan bagi dirinya sendiri. Melanjutkan tumbuhnya dengan pesat, namun tersembunyi dalam ujud rimbun lambat. Tentu mudah dibayangkan, jika pohon lain di bukit itu menirunya. Tidak lama sumur-sumur ditinggalkan. Jika kamu berumah di kampung itu, seperti musim-musim lalu, setiap butuh air, pasti perlu turun ke kali. Tertatih-tatih ke laut terdekat, setelah lele dan betik mengubur diri dalam lumpur. Kalaupun tak seperti itu, takut kulitnya terbakar, kamu akan mendekati pohon telah tinggi besar itu. Sambil meresapi teduh, mohon setetes bikin abadi. Tetapi pohon itu hanya menjatuhkan ranting daun kering. Pohon itu terus memucat. Juga pohon-pohon yang mengikuti. Namun siap membuka lebih luas lagi, hingga kelak awan tumbuh dan runtuh di atasnya.

Kroya, 2011

Badruddin Emce
Puisi: Pohon Andaian
Karya: Badruddin Emce

Biodata Badruddin Emce:
  • Badruddin Emce lahir di Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada tanggal 5 Juli 1962.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Tempat TeramanDengan tangan terbiasa untuk tak senonohpagi akan mempersilakan dudukdi bangku yang bisa diajak sekongkolSambutlah! Itu tempat bagus untuk mojok.Bercintalah denganku …
  • Cinderamata dari CisaruaSiang-malammu.Hangat-dinginmu.Liku-lurusmu.Juga hijau-coklatmu, berkisar sebagai kegelisahan.Harus aku yang menyempurnakan?Sementara pelayan hotelmu menyera…
  • Rumah Orang Tua: Raudal Tanjung BanuaAdakah masa kanakkumasih di tangan mereka?Di ruang tengah rumah merekaduka gembira tak dibuat-buattak perlu menjadi terang.Coba lempar pandang …
  • Puisi IniHebatnya puisi ini apa? Saat dicipta dikau tidak berada.Hebatnya lagi apa? Sepasang tangan surga memelukkudari belakang.Tonjolan lunak suci ini, siapa berani menambahtanda…
  • Siklus HujanHujan. Hujan terus hatiku, membasahi senyummu.Sendu. Sendu hujanmu, mengguyur hatiku.Kroya, 2004Puisi: Siklus HujanKarya: Badruddin EmceBiodata Badruddin Emce…
  • Rancangan RumahRumah ini, dengan kesepakatan istri, kurombak buat apa saja, hingga tiga bulan lalu, lewat celah jendela, malam yang dingin menyentuh gigi berlubang anak terkecil ka…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.