Puisi: Pertemuan dan Perpisahan (Karya Mahbub Djunaidi)

Puisi "Pertemuan dan Perpisahan" karya Mahbub Djunaidi menyampaikan nuansa melankolis dan reflektif tentang pertemuan, perpisahan, dan perjalanan ...
Pertemuan dan Perpisahan

Dalam suatu sepi yang bermimpi
Aku pulang dari pesta wajah separo bulan
Diam segala. Aku yang melayang angan
Ingat muka – ingat aku sendiri

Buta dari buta hatiku
Mau saja melempar batu dari kaki laut ke puncak mana

atau mengubur diri
atau lari ke api
"Engkau ini memang tidak tahu kepala yang bagai ada di langit....."

Terdengar lantang orang bernyanyi
Lagu pelaut yang tidak kembali
: Cerita kita sudah sampai di ujungnya
Engkau yang diam atau aku tidur di ranjang laut

Aku tidak mau menyanyi apa-apa
Dalam perjalanan yang ramai dari duri
Lihat, ada nelayan yang muda remaja
Pulang dari senja berpagut kemudi dan aba-aba

Kini aku pulang
kupahat itu di awan dan kukenangkan
juga cerita dan nelayan yang muda
Hanya harap yang bisa menyala. Dalam dada
Mungkin dia sendiri lebih tahu segala tak bisa ........

Sumber: Majalah Siasat (10 Agustus 1952)

Analisis Puisi:

Puisi "Pertemuan dan Perpisahan" karya Mahbub Djunaidi menyampaikan nuansa melankolis dan reflektif tentang pertemuan, perpisahan, dan perjalanan hidup. Puisi ini menggabungkan elemen perasaan pribadi dan pandangan umum tentang kehidupan, menawarkan perspektif mendalam tentang pengalaman manusia.

Tema dan Makna

Puisi ini mengeksplorasi tema-tema perpisahan, kesepian, dan introspeksi. Melalui penggambaran suasana hati yang sepi dan penuh renungan, puisi ini menyampaikan perasaan kehilangan dan pencarian makna dalam kehidupan.

Puisi dibuka dengan gambaran suasana sepi dan merenung. "Dalam suatu sepi yang bermimpi" menandakan suasana hati yang tenang tetapi penuh dengan imajinasi dan ingatan. Frasa "pulang dari pesta wajah separo bulan" bisa diartikan sebagai kembali dari sebuah pengalaman yang separuh membahagiakan namun juga separuh menyedihkan. Kontradiksi ini menciptakan perasaan dualitas dan ambiguitas dalam emosi si penyair.

Introspeksi dan Kesepian

Selanjutnya penyair menyoroti introspeksi dan kesepian. "Ingat muka – ingat aku sendiri" menunjukkan kesadaran mendalam tentang keberadaan diri sendiri di tengah kenangan. Kebutaan hati yang diungkapkan melalui "Buta dari buta hatiku" mencerminkan ketidakmampuan untuk melihat atau merasakan secara jelas, mungkin karena terhimpit oleh emosi atau kebingungan.

Konflik Batin

Puisi ini juga menggambarkan konflik batin si penyair. Pilihan antara melempar batu dari kaki laut ke puncak, mengubur diri, atau lari ke api menunjukkan kebingungan dan keinginan untuk melarikan diri dari situasi atau perasaan tertentu. Frasa "Engkau ini memang tidak tahu kepala yang bagai ada di langit" menggambarkan ketidakjelasan atau ketidakpastian yang dialami.

Lagu Pelaut

Lagu pelaut yang tidak kembali melambangkan perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian dan perpisahan. "Cerita kita sudah sampai di ujungnya" menyiratkan bahwa semua perjalanan, termasuk kehidupan, memiliki akhirnya. Lagu ini juga mencerminkan ketidakinginan untuk menyanyikan atau mengungkapkan apa-apa dalam perjalanan hidup yang penuh duri.

Nelayan Muda

Sosok nelayan muda yang pulang dari senja menggambarkan harapan dan keberanian dalam menghadapi kehidupan. "Pulang dari senja berpagut kemudi dan aba-aba" menunjukkan bahwa meskipun perjalanan hidup penuh dengan rintangan, ada semangat dan determinasi yang kuat.

Puisi ini diakhiri dengan harapan yang bisa menyala dalam dada, meskipun ada kesadaran bahwa "segala tak bisa." Melalui perjalanan emosional yang disampaikan dalam puisi ini, Mahbub Djunaidi berhasil menggambarkan kompleksitas perasaan manusia dalam menghadapi pertemuan dan perpisahan, serta perjalanan hidup yang penuh dengan ketidakpastian.

Puisi "Pertemuan dan Perpisahan" adalah puisi yang penuh dengan makna dan emosi mendalam. Mahbub Djunaidi menggunakan bahasa yang indah dan imajinatif untuk menyampaikan refleksi tentang kehidupan, menghadirkan perspektif yang menyentuh dan menginspirasi pembaca untuk merenung tentang perjalanan mereka sendiri.

Puisi: Pertemuan dan Perpisahan
Puisi: Pertemuan dan Perpisahan
Karya: Mahbub Djunaidi

Biodata Mahbub Djunaidi:
  • Mahbub Djunaidi (dieja Mahbub Junaidi) lahir di Jakarta, pada tanggal 27 Juli 1933.
  • Mahbub Djunaidi meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 1 Oktober 1995 (pada usia 62 tahun).
  • Mahbub Djunaidi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.