Perahu
sepertinya tak pernah habis melayari luas lautan
sambil memperhatikan gelombang
telah lama ditinggalkan daratan
anak istri dan sebait tembang
: bermainlah dengan angin
perahumu tak akan gemetar dan dingin
gugusan bintang, mendekap tubuhmu
bau garam dan rasa jemu
melintaslah di bibir cakrawala
karena angin tak akan pernah datang membela
hanya sisa-sisa bekal di buritan
menggenggam kelam dan penantian.