Obituari
Perkara sesungguhnya adalah:
bagaimana mungkin aku akan menjangkau permeditasianmu?
Getar napasmu telah sampai ke jantungku, rumput dan ilalang
menyentuhkan ujungnya ke dasar benakku. Goa-goa menuntaskan
ricik airnya ke dalam sungsumku. Dan seperti nakoda yang
tengah membereskan layar dengan tali temalinya, selalu kulihat wajahmu
pada cermin yang basah: bayang-bayangmu menjelma firdaus yang hilang
Pertemuan memang terkadang sunyi dan riuh tak menentu.
Seperti kelahiranku pada hari yang tak pernah terduga.
Barangkali hanya seleret isyarat melengkung di antara
garis langit dan pendar cahaya bulan. Seperti inilah;
aku terus menuju dengan bibir yang memucat. Memang,
selalu saja ada yang tak sampai tiba di kornea matamu.
Sesuatu yang begitu cepat menjelma: seperti seekor
kupu-kupu hitam yang melintas tiba-tiba, begitu
melankolis. Lalu dinding yang tak pernah terhapus
tumpuk debunya. "Kita memang telah sama-sama dilahirkan,
meski bukan untuk pertama kalinya dipertemukan."