Puisi: Mawar (Karya Ajamuddin Tifani)

Puisi: Mawar Karya: Ajamuddin Tifani
Mawar


alangkah kuntum mawar yang berbunga duri
alangkah duri kuntum yang berbunga mawar
di taman, tempat kita bercengkerama ini, teduh
tapi poranda, dan tak sekarang pun ia diam
dalam bengkalai, bahkan ketika kau kujumpa menjelma mawar
alangkah rekah mata durimu, alangkah angkuh kelopak
darahmu, tak pantaskah aku cemburui kamu, setelah
kau duli aku jadi debumu, kau takut aku menjadi
mainan resah-risaumu, alangkah duri kau
dalam dagingku, alangkah mawar kau
dalam rinai batinku yang menyuling wangimu
untuk sebagian menjadi duri, sebagiannya lagi menjadi
perih yang mengalunkan ombak di lautanmu yang lasak
menyentak kelopak agar segera memerah dengan jerit ngilu
butir-butir darah, mahkotamu darah dari segenap luka
biarkan aku mengunyah debumu, aku ditambat dalam beribu
sihir, sehingga tak semakna sihir, atau rindukah
pesona kepayang, dan aku terpingsan-pingsan hingga
terbadai di rimbun mawarmu, maka, inilah sakit
yang wangi, jerajak ini adalah jebak bagi rindu daun
kepada kering, rindu daun kering kepada humus, tapi
akulah itu yang terperangkap di dalamnya lantaran
menggebu cemburu yang tak selesai
aku tak ingin pulang dengan beban sangsai
biarkan ia mendendam, hingga igauku menyebut sirikku
padamu; berhala tak lagi patung, pepohon atau batu
atau api, tapi hening pun
lapar tak lagi zikir, tapi dendam, sabar tak lagi emas
dalam diam, tapi api, sebab manusia tidak hanya menyuap
makanan dari mulutnya, tanpa harus belajar kepada gunung
atau lautan, ia harus menjadi bintang bagi pedoman layarnya
sendiri, inilah serbuk mawar yang kau semaikan antara
sunyimu dan sunyiku, lalu aku datang kepada duri
bahkan tak ada yang mampu untuk satu luka pun
bagi mawarmu? rekah dan wangilah dalam mawar, perih
dan lukalah dalam duri, lihat, alangkah kuntum, mawar
berbunga duri, duri berbunga mawar
tapi akulah kuntum yang menghadang angin
di tengah angin.


Sumber: Tanah Perjanjian (2005)

Puisi: Mawar
Puisi: Mawar
Karya: Ajamuddin Tifani

Biodata Ajamuddin Tifani:
  • Ajamuddin Tifani lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 23 September 1951.
  • Ajamuddin Tifani meninggal dunia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 6 Mei 2002.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Pembidasdi Madyan, Rass, Sodom    (mereka kehilangan keesaanmu, tapi mereka mencarinya lagi sekarang,    bahkan itulah yang membawa mereka kepada berhala-berhal…
  • Menerbangi Maghribmerangkak di atas bukit kenyataanmenatap pedih burung lepas senjaapa yang kauturunisetelah puncak yang terjejaki darah hatimu inidi lembah padi menguning, tapi la…
  • Ada Daun Gugurlalu i’tibar itu berserakan: keserakahan, peperangan, daun guguryang menguning, dan hujan yang ungu dan air sungai yang kelabudan awan yang menebar bianglala di mana-…
  • Perenjakbaik! Untuk itukah cuma burung perenjak yang tengahasyik menyanyi segera untuk menyatakan: “Tidak!”tapi burung perenjak pun punya hakkatakan itu pada cakrawalaia menciap se…
  • Hanguske mana lagi perginya burung penyair baca puisi?alahai, mereka berbondong menuju titik didih matahariia panjati udara dengan mata yang tertutup oleh kesadarandan sayap terbak…
  • Lautan Malamlihatlah nganga lautan malam dan deru nafas mabuknyamelahap daratan mimpiku, dan mengunyahnya lumattak cukup seribu syair meredakan rindu punggukkupada bulanmu; nanar p…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.