Lirisme Buah Apel yang Jatuh ke Bumi
pada suatu tengah malam, seusai menikmati
gravitasi di atas tubuhmu, kita bercerita tentang
newton dan buah apel yang jatuh ke bumi.
"jangan tinggalkan aku, apalagi di bumi ini,"
katamu dengan kerongkongan kering.
tapi tuhan adalah penguasa
atas kemurungan dan keriangan. dan dengan selera
humornya yang aneh, melerai cinta kita.
dan inilah kemurungan itu kekasih. kau
pergi bermil-mil dari lukaku. sementara aku
harus beranjak dari seluruh kenanganku tentangmu.
"jangan tinggalkan aku, apalagi di bumi ini."
masih aku kenang itu sebagai
lirisme yang jauh. juga tuhan, pencipta tragedi
dan komedi. dan sang waktu kekasih, kini tengah
mengincar jasadku untuk dia urai jadi tanah.
"suatu saat kelak, seusai lelaki
lain menikmati gravitasi di atas tubuhmu, maukah
kau mengenang buah apel yang jatuh ke bumi?"
Makassar, 1999
Analisis Puisi:
Puisi "Lirisme Buah Apel yang Jatuh ke Bumi" karya Aslan Abidin adalah sebuah karya yang memadukan pemikiran filosofis, refleksi pribadi, dan perenungan atas hubungan manusia dengan alam semesta. Melalui metafora buah apel yang jatuh ke bumi dan cerita tentang kepergian kekasih, puisi ini menyampaikan pesan tentang ketidakpastian, kehilangan, dan pencarian makna dalam kehidupan.
Gravitasi dan Simbolisme Buah Apel: Penyair memulai puisi dengan gambaran tentang gravitasi dan cerita tentang buah apel yang jatuh ke bumi, mengacu pada hukum gravitasi Newton. Buah apel yang jatuh menjadi simbol dari ketidakpastian dan kejatuhan dalam kehidupan manusia.
Permohonan Kekasih dan Kemurungan: Dalam puisi ini, terdapat permohonan dari kekasih untuk tidak ditinggalkan, yang disampaikan dalam suasana yang penuh dengan kemurungan. Hal ini mencerminkan kegelisahan dan ketakutan akan kehilangan yang dirasakan oleh manusia dalam hubungan antarmanusia.
Penciptaan oleh Tuhan: Penyair menghadirkan pandangan tentang Tuhan sebagai penguasa atas kemurungan dan keriangan, yang secara ironis melerai cinta antara manusia. Ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara manusia dan Tuhan, serta peran Tuhan dalam mengatur takdir manusia.
Perenungan tentang Kehilangan: Puisi ini juga mencerminkan perenungan penyair atas kehilangan dan perpisahan. Kehilangan kekasih dipahami sebagai bagian dari tragedi manusia, yang ditangani oleh Tuhan dengan cara-Nya yang aneh dan sulit dipahami.
Puisi "Lirisme Buah Apel yang Jatuh ke Bumi" adalah sebuah refleksi atas ketidakpastian dan kehilangan dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan metafora buah apel yang jatuh ke bumi, penyair menggambarkan hubungan manusia dengan alam semesta dan Tuhan, serta perenungan atas arti kehidupan dan ketidakpastian takdir manusia. Puisi ini adalah sebuah puisi yang mendalam dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hakikat kehidupan dan hubungan manusia dengan alam dan Tuhan.
Puisi: Lirisme Buah Apel yang Jatuh ke Bumi
Karya: Aslan Abidin
Biodata Aslan Abidin:
- Aslan Abidin lahir pada tanggal 31 Mei 1972 di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan.