Puisi: Keperdamaian (Karya Mahbub Djunaidi)

Puisi "Keperdamaian" tidak hanya memberikan gambaran visual yang indah, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang arti kehidupan, ....
Keperdamaian

Dibukakan pintu subuh kelabu
Kuncup semangat yang dilahirkan sehabis bintang habis menari
Sinar sampai di sini lalu semangat merayap di batu
Panas-panas
Tumbuh terus di muka tanah cerah dan merah
Kepada segala di detik-detik sesudah ini

Tiada dia mau ke gelanggang kepanasan
Segala kuncup menjadi tunduk
Melukis garis ketenangan sayup-sayup
tenang seperti mawar di bawah bulan.

Sumber: Majalah Siasat (5 April 1953)

Analisis Puisi:

Puisi "Keperdamaian" karya Mahbub Djunaidi menggambarkan momen subuh sebagai awal dari kehidupan baru dan perjalanan spiritual.

Makna Subuh dan Kehidupan Baru: Pembukaan puisi dengan "pintu subuh kelabu" menciptakan gambaran tentang awal hari dan kesegaran yang baru. Subuh sering diartikan sebagai momen kesucian dan kehidupan baru. Kuncup semangat yang muncul setelah bintang berhenti menari melambangkan kebangkitan dan kehidupan yang baru dimulai.

Imaji dan Sinar: Puisi ini memanfaatkan gambaran dan sinar matahari sebagai simbol kejernihan spiritual dan kebahagiaan. Sinar matahari yang sampai dan semangat yang merayap di batu menciptakan gambaran visual tentang perjalanan menuju cahaya dan kebijaksanaan.

Warna dan Peringatan: Penggunaan warna cerah seperti "tanah cerah dan merah" menciptakan kontras yang menarik dan bisa diartikan sebagai simbol semangat dan vitalitas. Peringatan yang disampaikan menyoroti pentingnya momen ini sebagai titik awal yang penuh arti.

Penolakan Gelanggang Kepanasan: Puisi mengekspresikan ketidakmauan untuk terlibat dalam "gelanggang kepanasan." Ini bisa diartikan sebagai penolakan terhadap konflik dan kehidupan yang penuh panas, serta hasrat untuk mencapai kedamaian.

Metafora Mawar di Bawah Bulan: Pemilihan mawar sebagai metafora kehidupan yang tenang dan damai memberikan gambaran indah tentang keperdamaian. Mawar yang tumbuh di bawah bulan juga dapat diartikan sebagai kemurnian dan kedamaian yang bersinar dalam kegelapan.

Bahasa yang Simbolis: Penggunaan bahasa simbolis memberikan kedalaman makna pada puisi ini. Kata-kata seperti "tunduk" dan "garis ketenangan" menunjukkan sikap rendah hati dan orientasi menuju perdamaian.

Pesan Spiritual dan Refleksi: Keseluruhan puisi menciptakan pesan spiritual yang mengajak pembaca untuk merenung dan meresapi momen-momen kehidupan yang membawa kepada kedamaian dan kebijaksanaan.

Puisi "Keperdamaian" tidak hanya memberikan gambaran visual yang indah, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang arti kehidupan, kebijaksanaan, dan perjalanan menuju kedamaian batin.

Puisi: Keperdamaian
Puisi: Keperdamaian
Karya: Mahbub Djunaidi

Biodata Mahbub Djunaidi:
  • Mahbub Djunaidi (dieja Mahbub Junaidi) lahir di Jakarta, pada tanggal 27 Juli 1933.
  • Mahbub Djunaidi meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 1 Oktober 1995 (pada usia 62 tahun).
  • Mahbub Djunaidi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.