Kembali ke Rumahmu
Ada yang hilang di halaman dekat teritis ini. Bunga mawar putih
rimbun di atas pecahan kendi yang dulu selalu kusiram usai subuh
rasanya sudah berpuluh tahun suara perkutut itu masih setia
menyapa sunyi menjadi terasa sesulit menyalakan kisah
Bagi aku pelajaran terbaik adalah merawat ingatan yang ada
di seluasan teras rumahmu. Tak usah berkesah atau rindu
karena sudah sama-sama tahu hidup yang sebatas senyum
padahal berat menjalaninya dan sebatas sabar terasa melegakan
Kembali ke rumahmu menuju bilik i’tikaf penuh kesunyatan
sambil menyusuri arah menuju petang memandangi dinding bambu
seperti tekun merawat kesabaran. Kupinjam sunyi sebagai obor
sedang di luar angin berharap menjadi hujan
Di rumah ini mungkin yang hilang hanya pikiranku kelewat jauh
menyebut masa lalu dan entah dengan alasan apa masih tersisa
perih di dada yang tak pernah bisa kuredam
hanya dengan kembali ke rumahmu ingin duduk bercermin.
Parepare, 2020
Analisis Puisi:
Puisi "Kembali ke Rumahmu" karya Tri Astoto Kodarie adalah sebuah karya sastra yang merangkai keindahan alam dan perenungan tentang hidup melalui pengalaman pribadi dan kembali ke rumah keluarga. Dengan gaya bahasa yang khas dan penggunaan simbol-simbol alam, penyair menciptakan nuansa nostalgia dan introspeksi.
Lanskap Rumah dan Kenangan: Puisi dimulai dengan penggambaran halaman yang terasa sepi dan kehilangan sesuatu yang mungkin sulit diidentifikasi. Bunga mawar putih, pecahan kendi, dan suara perkutut membentuk lanskap rumah yang penuh kenangan. Hal ini menciptakan atmosfer nostalgis dan merayakan keindahan sederhana yang terkait dengan rumah.
Perkutut sebagai Penyemangat Sunyi: Penyair menciptakan gambaran suara perkutut yang setia menyapa sunyi, memberikan kesan bahwa alam di sekitar rumah memiliki kehidupan sendiri yang tetap berlanjut. Suara perkutut di sini tidak hanya menjadi suara alam, tetapi juga simbol kesetiaan dan keabadian, menciptakan hubungan antara alam dan manusia.
Merawat Ingatan sebagai Pelajaran Hidup: Penyair menyampaikan pelajaran hidupnya, yaitu merawat ingatan yang ada di teras rumah. Hal ini menunjukkan penghargaan terhadap sejarah dan memahami bahwa mengenang masa lalu dapat menjadi pelajaran yang berharga untuk menjalani hidup saat ini dan di masa mendatang.
Keindahan Teras Rumah dan Kesebatasan Hidup: Penyair menekankan keindahan teras rumah, tetapi juga menyadarkan bahwa hidup yang tampak sebatas senyum bisa memiliki beban yang berat. Ini menciptakan kontras antara keindahan visual dan kenyataan hidup yang tidak selalu mudah.
Menuju Kesunyatan dalam I’tikaf: Penyair membawa pembaca menuju bilik i’tikaf, suatu tempat penuh kesunyatan yang menyiratkan keberagaman spiritual dan refleksi. Pemandangan dinding bambu di sana menjadi simbol ketekunan dalam merawat kesabaran dan mencari makna hidup.
Sunyi sebagai Obor dan Harapan Hujan: Puisi menggambarkan sunyi sebagai obor, menciptakan citra kehangatan dan penerangan yang diambil dari kesunyatan. Harapan untuk menjadi hujan menunjukkan keinginan penyair untuk kesegaran dan pembaruan dalam hidupnya melalui pengetahuan dan pengalaman spiritual.
Pikiran yang Melayang ke Masa Lalu: Penyair mengakui adanya pikiran yang melayang ke masa lalu, menyebutnya sebagai sesuatu yang "kelewat jauh." Ini menciptakan gambaran ketidaksepakatan dengan diri sendiri atau kegelisahan dalam merenungi masa lalu yang menyakitkan.
Desire untuk Kembali ke Rumah sebagai Cermin Diri: Penyair menyimpulkan dengan menyatakan bahwa kembali ke rumah adalah dorongan untuk duduk bercermin. Ini menciptakan gambaran keinginan untuk introspeksi diri, untuk memahami diri sendiri dan meredam perih di dada yang mungkin masih tersisa.
Puisi "Kembali ke Rumahmu" karya Tri Astoto Kodarie adalah sebuah perjalanan emosional melalui rumah dan kenangan. Melalui penggambaran alam, kehidupan sehari-hari, dan introspeksi diri, penyair menciptakan kisah yang menggugah perasaan dan mendalam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan dengan rumah, penghargaan terhadap masa lalu, dan perjalanan spiritual yang terus berlanjut.
Puisi: Kembali ke Rumahmu
Karya: Tri Astoto Kodarie
Biodata Tri Astoto Kodarie:
- Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Maret 1961.