Puisi: Kemana Kucari, ke Mana (Karya Ajamuddin Tifani)

Puisi "Kemana Kucari, ke Mana" karya Ajamuddin Tifani menggambarkan perjalanan emosional dan rohaniah penyair dalam mencari sesuatu yang tampaknya ...
Kemana Kucari, ke Mana


begitu kau datang, aku juga datang ke majelis ini
tapi, secepat itu kau pergi
katakan, ke ceruk dan tengah kota yang mana
kau kucari
selain menyongsong deru angin
ketika pertemuan sekilas itu memasungku

malam itu, bagai bangsat tengik
aku memasuki semua tempat, di mana kehinaan adalah
kemuliaan; perkelaminan hewani
hingga menjadi si tolol yang bertanya
terdampar di mana aku

aku datangi masjid dan surau, dan di tempat
di mana engkau singgah, konon, menambatkan
tali perahumu yang kencana; seperti yang sudah-sudah
kusesali keterlambatan ini, aku tak dapat seperti
belalang, yang lasak mengiris udara, mendekatkan
jarak

kuperam ngilu rindu, dan diam-diam menyingkir
ke tepi-tepi, ke inti kekelaman
terpuruk dan hina, menjauh dari tempias rinai
cahaya berlianmu
diam-diam kutangisi khuldi itu sekali lagi
dan ditiap jejak sandar perahumu
menyeru namamu berpuluh ribu kali


Sumber: Horison (Mei, 2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Kemana Kucari, ke Mana" karya Ajamuddin Tifani adalah sebuah karya yang memperlihatkan perasaan kehilangan dan pencarian yang mendalam.

Tema Pencarian dan Kehilangan: Puisi ini secara konsisten membahas tema pencarian dan kehilangan. Penyair mencoba mencari seseorang atau sesuatu yang tampaknya sulit ditemukan. Kehilangan tersebut menyiratkan kekosongan dan ketidakpastian.

Gaya Bahasa dan Metafora: Gaya bahasa yang digunakan cenderung puitis dan metaforis. Penyair menyusun kata-kata dengan cermat untuk menggambarkan perasaan kebingungan dan kegalauan. Contohnya adalah "diam-diam kutangisi khuldi itu sekali lagi," yang mencerminkan rindu dan kepedihan.

Gambaran Malam yang Gelap: Penyair menciptakan gambaran malam yang gelap dan suram sebagai latar belakang untuk perasaan kehilangan. Penggunaan frasa "malam itu, bagai bangsat tengik" memberikan warna gelap pada suasana, menciptakan atmosfer yang melankolis.

Penggunaan Tempat dan Ruang: Pencarian dilakukan di berbagai tempat, termasuk masjid dan surau. Ini menambah dimensi spiritual pada pencarian, menunjukkan bahwa tidak hanya mencari sesuatu di dunia fisik, tetapi juga mencari makna atau kehadiran spiritual.

Pertemuan Sekilas: Penyair menyebutkan pertemuan sekilas yang membuatnya terpesona dan memasung. Ini menciptakan rasa kehilangan dan penasaran terhadap keberadaan seseorang yang tampaknya sulit dicapai.

Pengakuan Kesalahan dan Penyesalan: Ada ungkapan penyesalan dalam puisi ini, terutama dalam baris "kusesali keterlambatan ini." Penyair mengakui kesalahan atau keterlambatan dalam mengejar sesuatu yang dicari, menciptakan nuansa penyesalan.

Ekspresi Rasa Rindu dan Kesepian: Rasa rindu dan kesepian diungkapkan melalui kalimat seperti "kuperam ngilu rindu." Hal ini menciptakan gambaran perasaan yang mendalam dan emosional dalam proses pencarian.

Puisi ini menggambarkan perjalanan emosional dan rohaniah penyair dalam mencari sesuatu yang tampaknya sulit dicapai, membawa pembaca ke dalam kegelapan dan kekompleksan perasaan manusia.

Puisi: Kemana Kucari, ke Mana
Puisi: Kemana Kucari, ke Mana
Karya: Ajamuddin Tifani

Biodata Ajamuddin Tifani:
  • Ajamuddin Tifani lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 23 September 1951.
  • Ajamuddin Tifani meninggal dunia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 6 Mei 2002.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Hanguske mana lagi perginya burung penyair baca puisi?alahai, mereka berbondong menuju titik didih matahariia panjati udara dengan mata yang tertutup oleh kesadarandan sayap terbak…
  • Dengan Apadengan bahasa apa yang tepat untuk kutulis riwayat iniseekor burung perenjak yang gugup terbang, melintasisiangpenyaksi arak-arakan suara, dan batu yang sempatmenyeka air…
  • Mencaridi terik matahari kotaadakah kau tahuaku mencarimubila sore menyentuh punggung gerejakuingat baik-baik bahwakau di sampingkumenunduk dan setengah bisuhai, jangan permainkan …
  • Perenjakbaik! Untuk itukah cuma burung perenjak yang tengahasyik menyanyi segera untuk menyatakan: “Tidak!”tapi burung perenjak pun punya hakkatakan itu pada cakrawalaia menciap se…
  • Ada Daun Gugurlalu i’tibar itu berserakan: keserakahan, peperangan, daun guguryang menguning, dan hujan yang ungu dan air sungai yang kelabudan awan yang menebar bianglala di mana-…
  • Requiem MeratusBagi Joko Pekikdan engkau pun saksi atas terkelupasnya kerak bumi di meratusdan siapa yang menjadikan sukaatas kesengsaraan ini, jeritan yang dikirim angin kemarike …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.