Puisi: Generasi Batu (Karya Aslan Abidin)

Puisi "Generasi Batu" menggambarkan gambaran yang suram dan tragis tentang kondisi sosial-politik di suatu kota.
Generasi Batu

hujan batu kembali turun di kota kami.
memecahkan kaca jendela, menghancurkan
bola lampu, dan mengotori bak mandi.

orang-orang menyambutnya dengan
memasang kecemasan di pintu. hujan batu selalu turun
di kota kami, membawa orang-orang berwajah
hijau yang membunyikan sirene kebakaran. mengubah
angin jadi debu, membuat air mengalirkan darah.

di kota kami, rasa benci
dapat kami pesan di kantin-kantin, di laci
meja para pegawai, dan di kantong para pejabat. kami
telah memecahkan cermin di meja rias kami
untuk melongok ke dalamnya mencari-cari
wajah sendiri. tapi hujan batu selalu turun di
kota kami.

kami memasang atap yang dibuat para tentara,
di bawahnya kami sembunyi, pacaran, menikah,
dan bercinta. kelak anak-anak kami akan punya
kenangan tersendiri kepada kami:
para generasi jaman batu.

Makassar, 1995
Analisis Puisi:

Puisi "Generasi Batu" karya Aslan Abidin adalah sebuah karya yang menggambarkan kondisi sosial-politik yang suram dan keras di suatu kota yang tidak disebutkan namanya. Dengan menggunakan metafora hujan batu, penyair menyampaikan pesan tentang ketidakstabilan, kekerasan, dan ketidakpastian dalam kehidupan masyarakatnya.

Metafora Hujan Batu: Hujan batu dalam puisi ini menjadi simbol dari kekerasan, kehancuran, dan ketakutan yang melanda kota tersebut. Turunnya hujan batu membawa dampak buruk bagi infrastruktur dan kehidupan sehari-hari penduduk, menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis.

Kecemasan dan Kegelisahan: Orang-orang dalam puisi ini menyambut turunnya hujan batu dengan kecemasan dan ketakutan. Mereka hidup dalam ketidakpastian dan kegelisahan karena seringnya kekerasan dan ancaman yang mengintai di sekitar mereka. Bahkan, hujan batu dipandang sebagai fenomena yang selalu terjadi dan tidak dapat dihindari.

Sentimen Negatif: Sentimen negatif seperti rasa benci dan frustrasi merajalela di dalam kota tersebut. Masyarakat merasakan ketidakpuasan terhadap pemerintah dan kondisi sosial-politik yang menyulitkan kehidupan mereka. Pemecahan cermin di meja rias menjadi simbol dari upaya mereka untuk mencari jati diri dan mengekspresikan ketidakpuasan.

Generasi Batu: Penutup puisi menyoroti generasi baru yang tumbuh besar di tengah-tengah kekerasan dan ketidakstabilan. Mereka hidup di bawah atap yang terbuat oleh para tentara, yang mungkin merupakan simbol dari kekuatan militer yang mengatur dan mengontrol kehidupan mereka. Generasi ini dijuluki sebagai "generasi jaman batu", mengisyaratkan bahwa kekerasan dan ketidakpastian telah menjadi bagian tak terelakkan dari identitas dan pengalaman mereka.

Secara keseluruhan, puisi "Generasi Batu" menggambarkan gambaran yang suram dan tragis tentang kondisi sosial-politik di suatu kota. Dengan menggunakan gambaran hujan batu dan metafora lainnya, Aslan Abidin berhasil menyampaikan pesan tentang kekerasan, ketidakpastian, dan perjuangan yang dialami oleh masyarakat dalam menghadapi realitas kehidupan mereka.

Puisi: Generasi Batu
Puisi: Generasi Batu
Karya: Aslan Abidin

Biodata Aslan Abidin:
  • Aslan Abidin lahir pada tanggal 31 Mei 1972 di Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.