Di Kampung Tak Ada Laut
Di kampungku tak ada laut
gelombang hanya tarian rumput
meliuk-liuk ditiup Satu mulut
Kemarau adalah rumah pergaulan
Bocah bebas bermain matahari
Cuma cahaya bisa jadi bencana
menjadikan pohon mati bunga
Di kampungku jalan hanya satu
berdebu, lalu-lalang pedati
mengusung umbi keriput
berwarna tanah
warna kulitku juga anakku
Jika hari terdengar, layaknya tamasya
Tikar pandan digelar sepanjang hari
dan air seni bayi basahi mimpi
seperti buih-buih pantai
Tangisnya
debur ombak dalam diri
Purwokerto, 1997
Analisis Puisi:
Puisi "Di Kampung Tak Ada Laut" karya Bambang Set merupakan sebuah karya sastra yang sederhana namun menggugah. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kehidupan di pedesaan, di kampung yang jauh dari lautan, dan menggambarkan suasana serta perasaan yang ada di dalamnya.
Gambaran Tentang Pedesaan: Puisi ini menggambarkan suasana di pedesaan dengan sangat nyata. Di kampung tersebut, tak ada laut yang menjadi pemandangan. Sebaliknya, gelombang diwakili oleh tarian rumput yang meliuk-liuk ditiup angin. Ini memberikan kesan alam pedesaan yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota besar.
Kontras Antar Musim: Puisi ini juga menunjukkan kontras antara musim. Di kampung tersebut, kemarau adalah waktu di mana orang berkumpul dan bersosialisasi. Bocah-bocah bisa bebas bermain di bawah matahari, menciptakan gambaran kebahagiaan dan kebebasan yang sederhana. Namun, cahaya yang seharusnya memberi kehidupan juga bisa menjadi bencana, mengeringkan tanaman dan merubah suasana.
Keseharian dan Kesederhanaan: Puisi ini menampilkan kehidupan sehari-hari yang sederhana di pedesaan. Hanya ada satu jalan berdebu yang dilewati pedati yang mengangkut umbi keriput. Gambaran ini merujuk pada kegiatan pertanian dan kesederhanaan kehidupan di kampung. "Warna kulitku juga anakku" adalah ungkapan tentang identitas dan keturunan yang dihubungkan dengan warna tanah dan pertanian.
Keindahan Alam dan Kebersamaan: Puisi ini menciptakan citra tentang keindahan alam pedesaan dengan penggambaran tikar pandan yang digelar, air seni bayi yang basahi mimpi seperti buih-buih pantai, dan tangisnya yang melambangkan ombak. Semua ini menciptakan gambaran tentang kehidupan yang terikat dengan alam, dimana setiap unsur memiliki peran dan keindahan tersendiri.
Kehidupan yang Dinamis: Meskipun gambaran yang ditampilkan adalah tentang kesederhanaan dan ketenangan, ada juga kehadiran unsur-unsur kehidupan yang dinamis. Air seni bayi, tangis, dan debur ombak dalam diri adalah ungkapan tentang emosi, perasaan, dan perubahan dalam hidup.
Puisi "Di Kampung Tak Ada Laut" menciptakan citra indah tentang kehidupan di pedesaan yang sederhana dan tenang, dengan gambaran alam dan suasana yang kuat. Melalui gambaran-gambaran tersebut, penyair berhasil menggambarkan kedamaian, keindahan, dan dinamika kehidupan yang terjadi di kampung tersebut.
Puisi: Di Kampung Tak Ada Laut
Karya: Bambang Set
Biodata Bambang Set:
- Bambang Set (lengkapnya Bambang Setiana) lahir di Purwokerto, pada tanggal 21 Juli 1952.
- Bambang Set meninggal dunia di Purwokerto, pada tanggal 18 Desember 2012.