Catatan Sederhana
Ada kabar mengenai terali besi yang bengkok. Lalu
foto seseorang di mana-mana. Tapi di sini,
aku hanya merasakan air kran yang menetes lirih dan sunyi.
Sesekali suaranya terhenti seperti lelaki kehabisan gairah.
Aku tak tahu lagi, kapan dan di mana bau kejahatan menyengat.
Tentang sebilah pisau yang tiba-tiba
tersimpan rapi dalam perut, seperti halnya ketika aku lihat
sahabat-sahabat bersorak-sorai menggemakan lirik
pertentangan, seperti sebuah tulisan besar: "Sudah saatnya
kita menghabisi anjing-anjing kota!" Aku lupa semua itu.
Di sini, hanya secangkir teh, mengawali percakapanku dengan
atap kost yang bocor, cat yang belum terganti. Sesekali
melintas juga pertanyaan kapan dan di mana aku bisa kembali
menikmati udang bakar atau rajungan rebus itu. Sesekali
aku rasakan juga mual atau mulas dalam perutku, isyarat
makanan yang teratur gizi-gizinya.
Semua berputar mengelilingi keningku. Meski selalu, tak kulupa: harus
aku kucurkan keringat dan air mata pada sajadah
setiap kali sudah sampai pada batas kesengsaraanku.
Analisis Puisi:
Puisi "Catatan Sederhana" karya Herwan FR menawarkan sebuah pandangan tentang kehidupan yang penuh dengan ketegangan, kesendirian, dan perenungan dalam kesederhanaan. Dalam puisi ini, Herwan FR tidak hanya menyampaikan narasi atau gambaran visual, tetapi juga melibatkan pembaca dalam sebuah perjalanan emosi yang mendalam, melalui simbol-simbol sederhana yang menyentuh perasaan.
Ketegangan Sosial yang Tersirat
Pada baris pertama, Herwan FR menulis tentang "terali besi yang bengkok", sebuah metafora yang bisa diartikan sebagai gambaran dari ketegangan dan ketidakadilan sosial. Terali besi yang bengkok menciptakan kesan tentang suatu sistem yang rapuh dan cacat, yang sering kali sulit untuk diperbaiki atau disembuhkan. Kemudian, ia menyebutkan "foto seseorang di mana-mana", yang bisa diartikan sebagai simbol dari distorsi atau manipulasi informasi dalam masyarakat. Penggunaan gambar yang berulang ini mungkin menggambarkan bagaimana individu atau isu tertentu diekspos secara berlebihan, namun esensi atau kebenarannya justru terabaikan.
Keheningan yang Menyakitkan
Selanjutnya, Herwan menggambarkan sebuah suasana sunyi, dengan air kran yang menetes "lirih dan sunyi". Suara air yang terhenti "seperti lelaki kehabisan gairah" menciptakan kesan bahwa kehidupan ini berjalan begitu lamban, tanpa gairah, bahkan terasa seperti kehilangan kekuatan untuk bergerak maju. Ini bukan hanya menggambarkan keadaan fisik tetapi juga kondisi mental atau emosional si penyair yang mungkin merasa jenuh atau lelah menghadapi dunia di sekitarnya.
Konflik dan Kekerasan dalam Kehidupan
Penyair kemudian mengingatkan pembaca pada kekerasan yang ada di masyarakat dengan merujuk pada "sebila pisau yang tiba-tiba tersimpan rapi dalam perut". Gambar pisau yang disembunyikan di dalam perut mungkin merujuk pada rasa sakit dan perasaan tertekan yang sering kali tersembunyi di dalam diri seseorang, namun tetap ada dan mengancam. Hal ini juga berkaitan dengan gambaran "pertentangan" dan seruan untuk menghabisi "anjing-anjing kota", yang bisa menjadi simbol dari konflik sosial atau kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat yang tidak stabil.
Kehidupan Sehari-hari dan Kerinduan
Namun di balik konflik sosial tersebut, Herwan FR menunjukkan sebuah sisi lain yang lebih sederhana dalam hidup, yaitu kehidupan sehari-hari yang penuh dengan rutinitas dan kerinduan. Misalnya, penyair menyebutkan "secangkir teh" yang menjadi teman dalam percakapan dengan atap kost yang bocor dan cat yang belum terganti. Ini menunjukkan bahwa meskipun dunia luar penuh dengan ketegangan, ada kedamaian dalam kesederhanaan hidup. Bahkan, meskipun ada ketidakpastian dan ketidakberdayaan, kita tetap mencari kenyamanan dalam hal-hal kecil, seperti secangkir teh atau kenangan akan makanan seperti "udang bakar atau rajungan rebus."
Perasaan Tertahan dan Kehilangan
Penyair juga menyinggung tentang perasaan fisik yang terkait dengan kondisi tubuh, seperti "mual atau mulas dalam perutku". Ini bisa dianggap sebagai sebuah isyarat dari tubuh yang merespon kehidupan yang tidak teratur atau penuh tekanan. Perasaan ini muncul sebagai tanda bahwa tubuh dan jiwa sedang dalam keadaan yang tidak seimbang, yang hanya bisa diatasi dengan kesadaran dan upaya untuk memperbaiki keadaan.
Keputusasaan dan Spiritualitas
Di akhir puisi, ada semacam refleksi spiritual yang dalam, di mana penyair menyebutkan bahwa "harus aku kucurkan keringat dan air mata pada sajadah setiap kali sudah sampai pada batas kesengsaraanku". Penyair seakan menemukan ketenangan atau pencerahan melalui ibadah dan doa, meskipun ia merasa terjebak dalam kesengsaraan dan ketidakpastian hidup. Sajadah menjadi simbol penghubung antara manusia dan Tuhan, tempat di mana kesedihan dan keputusasaan bisa dipersembahkan.
Puisi "Catatan Sederhana" adalah sebuah puisi yang menggambarkan gambaran kehidupan yang kompleks dengan cara yang sederhana. Herwan FR mengajak pembaca untuk merenungkan tentang ketegangan sosial, konflik internal, serta pencarian makna dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat, puisi ini membawa pembaca untuk merasa dekat dengan realitas yang sering kali tersembunyi dalam kehidupan kita, sekaligus mengingatkan kita tentang pentingnya mencari kedamaian meskipun dalam keterbatasan.
Puisi: Catatan Sederhana
Karya: Herwan FR
Biodata Herwan FR:
- Herwan FR lahir di Cerebon, pada tanggal 14 Juni 1971.