Amsal Waktu
mengetuk pintu waktu dengan suara bertalu-talu
tak juga terbuka, tak juga suara gerit ngilu
hanya tubuhmu telanjang melintas waktu
inginkan buku dan ruas untuk bersatu
seperti menikmati semilir angin di gerai rambutmu
menghitung waktu dan jarak untuk bertemu
tapi selalu kauingatkan: “kembalilah esok di rindu tidurku!”
sementara masih kuhitung waktu yang membatu
sebelum kujawab: “sekarang pun birahiku sedang berseteru”
bunyi jam dinding terasa terburu-buru
dan di sisiku telanjang tubuhmu telah membiru
mungkin kita sayat-sayat saja waktu karena lidah telah kelu
ranum dadamu ternyata hanya menawarkan sembilu.
2007
Analisis Puisi:
Puisi "Amsal Waktu" karya Tri Astoto Kodarie menggambarkan kerumitan waktu, perasaan, dan keinginan dalam konteks hubungan antara dua individu.
Metafora Waktu: Puisi ini menggunakan waktu sebagai metafora yang kuat untuk menggambarkan keterbatasan dan kerumitan dalam hubungan cinta. Waktu dianggap sebagai entitas yang sulit ditebak, seperti pintu yang sulit terbuka. Hal ini mencerminkan perasaan ketidakpastian dalam hubungan.
Perjuangan Emosional: Penyair mencurahkan perasaan cintanya dan keinginan untuk bersatu dengan orang yang dicintainya. Namun, perasaan ini tampaknya tak selalu sejalan. Ada perjuangan emosional yang muncul dalam upaya mencari pertemuan dan mengatasi perasaan biru dan sembilu.
Gaya Bahasa: Puisi ini menggunakan bahasa metaforis dan perumpamaan yang mendalam untuk menyampaikan pesan. Kata-kata seperti "mengetuk pintu waktu" dan "tubuhmu telanjang melintas waktu" menciptakan gambaran visual yang kuat. Penyair menggunakan bahasa metaforis ini untuk menggambarkan perasaan cinta dan kerumitan hubungan.
Konflik Emosi: Puisi ini menciptakan konflik emosional yang kuat antara hasrat dan realitas. Penyair merasa tertekan oleh keterbatasan waktu dan hasratnya untuk bersatu dengan orang yang dicintainya. Konflik ini menciptakan ketegangan emosional yang mendalam.
Simpulan Mendalam: Puisi ini diakhiri dengan dua baris yang menyiratkan bahwa hubungan ini mungkin memiliki banyak konflik dan kerumitan, seperti sayatan-sayatan pada waktu, tetapi tetap berakhir dengan keindahan dalam ranum dadanya yang menawarkan sembilu. Simpulan ini menunjukkan bahwa, meskipun ada konflik, cinta dan keinginan tetap ada dalam hubungan tersebut.
Secara keseluruhan, "Amsal Waktu" adalah puisi yang menggambarkan kerumitan dan konflik dalam hubungan cinta, dengan waktu digunakan sebagai metafora untuk melukiskan keterbatasan, ketidakpastian, dan perjuangan emosional. Puisi ini merangkum perasaan cinta dan kerumitan hubungan dengan bahasa yang kreatif dan mendalam.
Puisi: Amsal Waktu
Karya: Tri Astoto Kodarie
Biodata Tri Astoto Kodarie:
- Tri Astoto Kodarie lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Maret 1961.