Puisi: Senja di Pekuburan (Karya Trisno Soemardjo)

Puisi "Senja di Pekuburan" menciptakan suasana yang melankolis dan merenung, menggambarkan momen senja di sebuah pekuburan dan mengaitkannya dengan ..
Senja di Pekuburan

Ia menanti di depan pintu
dengan gaun berbunga meriah
dan hati yang kusut mesra.
Tetapi senja dan malam kejam
dan ia balik ke bilik kesunyian,
putus asa menantikan fajar
yang tak kunjung merekah dalam kalbunya.

Urat-sarafnya patah bagaikan benang
dan jiwanya melayang bagai layangan,
oleng terkatung di lambung angin.
bulang-baling yang meloyong-loyong.
lepas dari haluan, lepas dari buritan.

Daun gugur di musim kemarau
menutupi kuburnya, di mana melati terserak kering.
Dan setelah kemenyan kepul sebentar,
Maka ditanamlah di situ pohon kemboja.
Ah. Betapa benciku pada pohon yang gemuk itu,
diam-diam tumbuh dari tubuh
yang dulu mungkin perawan jelita.

Mungkinkah ia merana karena kekasih
terlarang oleh ayah-ibunya
atau seperti aku
terkejar hantu kehampaan
hanya pandai mendengarkan bisik angin senja?

Pohon kemboja tak mengatakan itu,
dan hanya bayangan bermain-main
panjang-panjang di pasir kering.
Dia bisu, tak dapat omong dengan hatiku
Yang hendak bertutur seribu kata.

Dia bisu dan aku pun nanti begitu,
aku dan berjuta-juta di sekelilingku.

Ah, tidak, aku tak akan sendirian
dengan makam-makam dan pintu pagar dan matahari.
Aku tak sendirian diantara hidup dan mati.
Aku tak sendirian di tengah-tengah berjuta-juta.

Jogja, 10 Juni 1950

Sumber: Mimbar Indonesia (15 Desember 1951)

Analisis Puisi:

Puisi "Senja di Pekuburan" menciptakan suasana yang melankolis dan merenung, menggambarkan momen senja di sebuah pekuburan dan mengaitkannya dengan kehidupan dan kematian.

Gelapnya Senja dan Kesunyian: Puisi ini dibuka dengan gambaran seorang wanita yang menanti di depan pintu, namun senja dan malam yang kejam membuatnya harus kembali ke bilik kesunyian. Gelapnya senja menciptakan suasana keputusasaan dan kesunyian yang menyelimuti hatinya.

Kesunyian dalam Kehampaan: Penggunaan metafora "hantu kehampaan" menyoroti keadaan hati penyair yang terkejar oleh ketiadaan makna dan tujuan hidup. Kesunyian menjadi saksi bisu akan kehampaan yang menyelimuti pikiran dan perasaan.

Urat-saraf yang Patah: Deskripsi urat-saraf yang patah dan jiwa yang terkatung-katung menciptakan gambaran kelemahan dan keputusasaan. Patahnya urat-saraf seperti benang melibatkan pembaca dalam pemahaman tentang penderitaan dan kerapuhan manusia.

Pohon Kemboja dan Simbolisme: Pohon kemboja menjadi simbol yang kuat dalam puisi ini. Melambangkan kehidupan, kemboja juga menandai tempat kubur dengan daun gugur, melati kering, dan aroma kemenyan. Pohon ini menciptakan hubungan antara hidup dan mati, kecantikan dan kehampaan.

Rasa Benci pada Pohon Kemboja: Penyair menyampaikan rasa bencinya pada pohon kemboja yang tumbuh dari tubuh yang mungkin dulu perawan jelita. Ini menunjukkan perasaan konflik dan kekecewaan terhadap kehidupan dan takdir yang tak adil.

Bayangan dan Bisikan Angin Senja: Penggambaran bayangan yang bermain-main di pasir kering menciptakan citra tentang keabadian dan ketidakpastian. Bisikan angin senja melibatkan unsur mistis dan kehadiran gaib yang menjadi teman penyair dalam kesendiriannya.

Kehadiran di Antara Hidup dan Mati: Puisi ini mengeksplorasi tema kematian dan kehidupan, menciptakan gambaran bahwa penyair tidak akan sendirian di antara makam-makam dan pintu pagar. Ada perasaan persatuan dengan kehidupan dan kematian serta "berjuta-juta di sekelilingku."

Puisi "Senja di Pekuburan" mengeksplorasi tema kehidupan, kematian, dan kehampaan dengan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam. Melalui metafora dan simbolisme, penyair berhasil menyampaikan perasaan kesunyian, keputusasaan, dan kebencian, sambil menciptakan keseimbangan antara kehidupan dan mati.

Puisi Trisno Soemardjo
Puisi: Senja di Pekuburan
Karya: Trisno Soemardjo

Biodata Trisno Soemardjo:
  • Trisno Soemardjo (dieja Trisno Sumarjo) lahir pada tanggal 6 Desember 1916 di Surabaya.
  • Trisno Sumardjo meninggal dunia pada tanggal 21 April 1969 (pada usia 52 tahun) di Jakarta.
  • Trisno Sumardjo adalah salah satu Sastrawan Angkatan 1945.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.