Puisi: Satu Anjuran (Karya Mahbub Djunaidi)

Puisi "Satu Anjuran" karya Mahbub Djunaidi menghadirkan sebuah gambaran yang kuat tentang perubahan alam dan kondisi manusia dalam konteks yang ...
Satu Anjuran

Bergabung dengan hari-hari yang mendung
Kutempelkan plakat-plakat di langit
Mengabarkan bah yang berketerusan
Apa yang ada – dan kau juga
Akan tenggelam timbul dengan nafas satu jengkal

Tapi jangan anteng begitu
Kau lihat desa sudah kelabu
Sore ini anak petani tiada beribu
Satu satu patah
Yang lain dengan tiada bumi yang semakin nyaman

Raba telapak yang berhamburan
Melingkar di kepala satu kebulatan yang jernih

Sumber: Majalah Siasat (14 Juni 1953)

Analisis Puisi:

Puisi "Satu Anjuran" karya Mahbub Djunaidi menghadirkan sebuah gambaran yang kuat tentang perubahan alam dan kondisi manusia dalam konteks yang lebih luas. Dengan penggunaan gambaran alam dan kehidupan sehari-hari, puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti perubahan, ketidakpastian, dan eksistensi manusia.

Penggambaran Alam dan Perubahan

Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang hari-hari mendung, yang bisa diartikan sebagai metafora dari ketidakpastian atau kegelapan yang meliputi kehidupan. Penempelan "plakat-plakat di langit" menunjukkan upaya untuk mengkomunikasikan sesuatu yang penting atau pesan yang mendasar, meskipun dalam kondisi yang tidak pasti.

Keadaan Manusia dan Masyarakat

Puisi ini melukiskan keadaan masyarakat pedesaan yang mungkin sedang menghadapi tantangan atau krisis, seperti terlihat dalam gambaran "desa sudah kelabu / Sore ini anak petani tiada beribu". Ini mencerminkan realitas sosial yang sulit dihadapi oleh masyarakat yang bergantung pada pertanian sebagai mata pencaharian utama.

Kontras Antara Keburukan dan Kejernihan

Dalam puisi ini, terdapat kontras antara kegelapan dan kejernihan. Meskipun gambaran awal menggambarkan kondisi yang mendung dan kelabu, ada juga penggambaran "kebulatan yang jernih". Hal ini bisa diartikan sebagai harapan atau kemungkinan untuk menemukan pemahaman yang lebih dalam atau solusi di tengah-tengah keadaan sulit.

Pesan dan Makna

Puisi ini mungkin menyarankan untuk tetap beradaptasi dan bertahan dalam menghadapi perubahan yang tak terduga atau sulit. Pesan untuk tidak menyerah ("Tapi jangan anteng begitu") mengingatkan pembaca untuk tetap waspada dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di sekitar mereka.

Dengan menggunakan gambaran alam dan kehidupan sehari-hari yang kuat, Mahbub Djunaidi berhasil menggambarkan kondisi manusia dan alam secara menyeluruh dalam puisi "Satu Anjuran". Puisi ini menawarkan refleksi mendalam tentang ketidakpastian hidup dan perubahan, sambil mengajak pembaca untuk merenungkan arti eksistensi dan peran manusia dalam menghadapi tantangan zaman.

Puisi: Satu Anjuran
Puisi: Satu Anjuran
Karya: Mahbub Djunaidi

CATATAN:
  • Mahbub Djunaidi (dieja Mahbub Junaidi) lahir di Jakarta, pada tanggal 27 Juli 1933.
  • Mahbub Djunaidi meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 1 Oktober 1995 (pada usia 62 tahun).
  • Mahbub Djunaidi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.