Puisi: Pantun Rantau (Karya Marah Roesli)

Puisi "Pantun Rantau" karya Marah Roesli mencerminkan pengalaman dan perasaan seorang perantau yang berada jauh dari kampung halaman.
Pantun Rantau

Bergetah tangan kena cempedak,
digosok dengan bunga karang.
Entah berbalik entah tidak,
entah hilang di rantau orang.

Jarang berbunga tapak leman,
orang Padang mandi ke pulau.
Orang berkampung bersalaman,
dagang membilang teluk rantau.

Analisis Puisi:

Puisi "Pantun Rantau" karya Marah Roesli adalah sebuah karya yang menggambarkan tema perjalanan dan pengalaman sebagai perantau melalui bentuk pantun.

Tema Utama

  • Pengalaman Rantau: Tema utama puisi ini adalah pengalaman seorang perantau yang berada jauh dari kampung halaman. "Entah berbalik entah tidak, entah hilang di rantau orang" menggambarkan ketidakpastian dan kesulitan yang dihadapi seseorang yang merantau jauh dari rumah.
  • Kehidupan Kampung vs. Perantauan: Puisi ini juga mencerminkan perbandingan antara kehidupan di kampung dan kehidupan sebagai perantau. "Jarang berbunga tapak leman, orang Padang mandi ke pulau" menunjukkan kehidupan sehari-hari di kampung dan perbedaan dengan kehidupan di rantau.
  • Tradisi dan Budaya: Melalui pantun, puisi ini juga menyinggung tradisi dan budaya orang Minangkabau, khususnya dalam konteks perantauan dan interaksi sosial di kampung halaman.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Bentuk Pantun: Puisi ini ditulis dalam bentuk pantun, yang merupakan bentuk puisi tradisional Melayu yang terdiri dari empat baris dengan pola rima a-b-a-b. Pantun ini menggunakan bentuk dan struktur tradisional untuk menyampaikan pesan dan tema.
  • Kontras dan Perbandingan: Puisi ini menggunakan kontras untuk menunjukkan perbedaan antara kehidupan di kampung dan perantauan. Perbandingan antara "jarang berbunga tapak leman" dan "dagang membilang teluk rantau" menyoroti perbedaan dalam pengalaman dan tradisi.
  • Penggunaan Bahasa Kiasan: Pantun ini menggunakan bahasa kiasan untuk menyampaikan makna yang lebih dalam. Misalnya, "dagang membilang teluk rantau" menggambarkan aktivitas perantauan dan perdagangan sebagai bagian dari kehidupan baru yang dihadapi oleh perantau.

Makna dan Refleksi

Puisi "Pantun Rantau" mencerminkan pengalaman dan perasaan seorang perantau yang berada jauh dari kampung halaman. Melalui penggunaan pantun, Marah Roesli menyampaikan ketidakpastian dan kesulitan yang dihadapi saat merantau, serta perbedaan antara kehidupan di kampung dan kehidupan di rantau.

Puisi ini juga menyoroti bagaimana perantau harus beradaptasi dengan kehidupan baru sambil tetap terhubung dengan budaya dan tradisi kampung halaman. Dengan membandingkan kehidupan kampung dan perantauan, puisi ini menggambarkan bagaimana seseorang merindukan rumah dan berusaha untuk menjaga hubungan dengan tanah kelahiran meskipun berada jauh darinya.

Puisi "Pantun Rantau" karya Marah Roesli adalah sebuah pantun yang penuh makna yang mengangkat tema perjalanan dan pengalaman sebagai perantau. Dengan menggunakan struktur pantun dan bahasa kiasan yang khas, puisi ini menyampaikan perasaan dan tantangan yang dihadapi oleh seseorang yang jauh dari rumah, sambil membandingkan kehidupan di kampung dan rantau. Puisi ini merupakan contoh yang indah dari bagaimana tradisi dan budaya dapat digambarkan melalui bentuk puisi tradisional.

Puisi: Pantun Rantau
Puisi: Pantun Rantau
Karya: Marah Roesli

Biodata Marah Roesli:
  • Marah Roesli (dieja Marah Rusli) lahir di Padang, Sumatra Barat, pada tanggal 7 Agustus 1889.
  • Marah Roesli meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 17 Januari 1968 (pada usia 78 tahun).
  • Marah Roesli adalah sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka.
  • Pantun di atas merupakan bagian dari buku Sitti Nurbaya (1920).
© Sepenuhnya. All rights reserved.