Malam Kehilangan
Senja ini dilukai dua manusia
Dalam kemerahan warna darah
Pada ombak gila ketawa
Jerit satu di antaranya
Hilang dalam arus yang datang
Seluruh pantai jadi mati
Gubuk tiris nganga
Tercium angin pada dada
Pada paha
Dalam ketemaraman laut membara
Dua insan bertolakan
Mendegupi napas sendiri
Ada suara meronta meminta
Ada suara terbata damba
- Lepaskan aku pulangkan
Aku cintai napas ini aku cintai bumi ini
- penculik jauh dari manusia
Aku satu-satunya
Mendegum guru
Dua insan hilang dalam bahana
Kepekatan membiru ada bayangan hantu
Kekuyupan kelam kekuyupan hitam
Berlari di antaranya
Gubuk diam
Terdengar deru ombak
Ia telah mati-mati
Mereka memburu ombak
Mereka memburu kematian
Malam itu berakhir
Dua manusia hilang
Medan Sastra, 1953
Sumber: Nafiri (1983)
Analisis Puisi:
Puisi "Malam Kehilangan" karya Djamil Suherman adalah karya yang menggambarkan kehilangan dan kegelapan yang dihadapi oleh dua manusia. Puisi ini memperlihatkan penderitaan, keputusasaan, dan kehampaan akibat hilangnya orang-orang tersebut dalam malam yang kelam. Dengan penggunaan gambaran alam dan suasana yang gelap, penyair menciptakan suasana yang penuh dengan ketakutan dan kehilangan.
Gambaran Malam dan Kegelapan: Puisi ini dimulai dengan gambaran senja yang "dilukai dua manusia dalam kemerahan warna darah." Gambaran senja ini mencerminkan suasana malam yang semakin gelap dan menakutkan. Malam dipersonifikasikan sebagai sesuatu yang penuh kegelapan dan misteri, yang menambah intensitas kesedihan dan kehilangan.
Kehilangan dan Kematian: Puisi ini menggambarkan kehilangan dua manusia yang terjadi di tengah lautan atau pantai. Ketakutan dan keputusasaan dirasakan oleh orang-orang yang berada di situasi ini. Bahkan, dalam gambaran "ombak gila ketawa" dan "jerit satu di antaranya," tergambar suasana kekacauan dan penderitaan yang tak terkendali.
Permintaan dan Kesendirian: Di tengah kegelapan dan kehilangan, ada ungkapan permintaan yang berulang-ulang untuk dilepaskan atau dipulangkan. Hal ini mencerminkan rasa kesendirian dan kerinduan untuk kembali ke tempat yang aman atau dikenal.
Kekuyupan dan Keputusasaan: Penggunaan kata-kata seperti "kepekatan membiru" dan "kekuyupan kelam kekuyupan hitam" menciptakan gambaran suasana yang sangat suram dan penuh keputusasaan. Kondisi ini membuat suasana semakin menakutkan dan menggambarkan betapa hilangnya harapan bagi dua orang yang menghadapinya.
Citra Kematian: Puisi ini mengeksplorasi tema kematian dengan menggambarkan "mereka memburu ombak" dan "mereka memburu kematian." Penggambaran ini menyoroti keputusasaan dan perjuangan manusia dalam menghadapi akhir hidup mereka.
Puisi "Malam Kehilangan" karya Djamil Suherman adalah karya yang menggambarkan kehilangan, keputusasaan, dan kegelapan dalam malam yang suram. Penggunaan gambaran alam dan suasana yang gelap menciptakan suasana yang penuh dengan ketakutan dan kehampaan. Puisi ini menyentuh tema yang mendalam tentang kematian, kesendirian, dan ketakutan akan kehilangan orang-orang terdekat.
Puisi: Malam Kehilangan
Karya: Djamil Suherman
Biodata Djamil Suherman:
- Djamil Suherman lahir di Surabaya, pada tanggal 24 April 1924.
- Djamil Suherman meninggal dunia di Bandung, pada tanggal 30 November 1985 (pada usia 61 tahun).
- Djamil Suherman adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.