Puisi: Kebaya Biru (Karya Armijn Pane)

Puisi "Kebaya Biru" karya Armijn Pane menggambarkan perasaan nostalgia dan perpisahan dalam sebuah latar alam yang indah dan alami.
Kebaya Biru

Waktu senja gelap-gelapan,
Gunung Guntur tegak menggagah,
Kanannya langit kemerah-merahan,
Embun mendatang kapas digobah.

Danau hening, gelap airnya,
Matahari hilang tinggal sinarnya,
Langit terang tiada bercacat,
Belakang gunung perak berkilat.

Terkenang aku waktu malam,
Lama sudah terselang waktu,
Kebaya adik warna biru,
Permintaan aku dituruti,
Sedih tak terkalam penuh di hati,
Akan bercerai sudahlah musti.

Sumber: Pujangga Baru (Maret, 1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Kebaya Biru" karya Armijn Pane adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan nostalgia dan perpisahan dalam sebuah latar alam yang indah dan alami. Dalam puisi ini, penulis menciptakan gambaran tentang suasana senja di dekat Danau Gunung Guntur dan mengaitkannya dengan perasaan sedih akibat perpisahan dengan seseorang yang mengenakan kebaya biru.

Latar Alam yang Indah: Puisi ini dimulai dengan gambaran tentang senja yang dramatis, dengan Gunung Guntur yang menggagah di latar belakang. Penulis menggambarkan langit yang kemerah-merahan dan danau yang hening. Ini menciptakan latar belakang alam yang indah dan menambah kedalaman emosional dalam puisi.

Perasaan Nostalgia: Puisi ini menciptakan perasaan nostalgia yang kuat. Penulis merenungkan masa lalu dan mengenang momen saat seseorang yang mengenakan kebaya biru memenuhi permintaannya. Kebaya biru menjadi simbol kenangan yang menyentuh hati penulis, dan ia merasa sedih karena akan berpisah.

Waktu dan Perubahan: Puisi ini menciptakan pemahaman tentang perjalanan waktu dan perubahan dalam hidup. Penulis merenungkan betapa lamanya waktu telah berlalu ("Lama sudah terselang waktu") dan mengenang kebaya biru sebagai simbol waktu yang telah berjalan dan perubahan yang telah terjadi.

Bahasa dan Struktur: Armijn Pane menggunakan bahasa yang deskriptif dan puitis dalam puisi ini. Struktur puisi ini terdiri dari empat belas baris (pola soneta) yang menggambarkan latar belakang alam dan perasaan penulis. Pola rimba yang teratur menciptakan ritme yang mengalir dan menambah daya tarik puisi ini.

Puisi "Kebaya Biru" adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan nostalgia, perubahan dalam hidup, dan perasaan sedih akibat perpisahan dengan seseorang yang memiliki makna khusus. Puisi ini menciptakan gambaran tentang keindahan alam dan perasaan yang mendalam dalam suasana senja di Danau Gunung Guntur.

Puisi: Kebaya Biru
Puisi: Kebaya Biru
Karya: Armijn Pane

Biodata Armijn Pane:
  • Armijn Pane lahir pada tanggal 18 Agustus 1908 di Muara Sipongi, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Armijn Pane meninggal dunia pada tanggal 16 Februari 1970 di Jakarta (pada usia 61 tahun).
  • Armijn Pane adalah salah satu pendiri majalah Pujangga Baru (Poedjangga Baroe).
  • Armijn Pane adalah adik kandung sastrawan Sanusi Pane.
© Sepenuhnya. All rights reserved.