Hamba Buruh
Aku menimbang-nimbang mungkin,
Kita berdua menjadi satu;
Gaji dihitung-hitung.
Cukup tidak untuk berdua.
Hati ingin sempurna dengan engkau,
Sama derita sama gembira,
Kepala pusing menimbang-nimbang,
Menghitung-hitung uang bagi kita.
Aku ingin hidup damai tua,
Mikir anak istri setia;
Kalbu pecah merasa susah,
Hamba buruh apa dikata.
Sumber: Bilang Begini, Maksudnya Begitu (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Hamba Buruh" karya Armijn Pane menggambarkan perjuangan dan kehidupan seorang buruh yang menghadapi tantangan finansial dan emosional dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketidakpastian ekonomi dan perasaan ketidakpuasan dalam kehidupan seorang pekerja.
Ketidakpastian Finansial: Puisi ini menciptakan gambaran tentang perjuangan seorang buruh dalam menghadapi masalah finansial. Pekerjaan yang dilakukan oleh buruh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Hal ini tercermin dalam baris-baris seperti "Gaji dihitung-hitung, Cukup tidak untuk berdua," yang menggambarkan perhitungan-penghitungan yang harus dilakukan untuk mencukupi hidup.
Perjuangan Emosional: Selain perjuangan finansial, puisi ini juga menciptakan gambaran tentang perjuangan emosional buruh. Buruh ini ingin memiliki kehidupan yang damai dan merasa senang bersama keluarganya, tetapi perasaan ketidakpuasan dan kecemasan atas kondisi hidupnya membuatnya merasa "Kalbu pecah merasa susah." Ini menciptakan pemahaman tentang perjuangan emosional yang dialami buruh dalam mencoba menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Solidaritas Keluarga: Meskipun buruh ini menghadapi banyak kesulitan, ia juga menunjukkan tekad dan rasa cinta kepada keluarganya. Ia ingin memastikan bahwa keluarganya memiliki kehidupan yang lebih baik, seperti yang terlihat dalam baris-baris seperti "Aku ingin hidup damai tua, Mikir anak istri setia." Ini menciptakan gambaran tentang rasa tanggung jawab dan kasih sayang yang kuat terhadap keluarga.
Bahasa dan Struktur: Armijn Pane menggunakan bahasa yang sederhana dan lugas dalam puisi ini. Struktur puisi ini terdiri dari tiga bait yang mengikuti pola rima yang sederhana. Ini menciptakan kesan kesederhanaan dan ketulusan dalam ekspresi perasaan buruh.
Puisi "Hamba Buruh" adalah karya sastra yang menggambarkan perjuangan dan kehidupan seorang buruh yang menghadapi tantangan finansial dan emosional dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini menciptakan gambaran tentang ketidakpastian ekonomi, perjuangan emosional, solidaritas keluarga, dan rasa tanggung jawab yang kuat.
Puisi: Hamba Buruh
Karya: Armijn Pane
Biodata Armijn Pane:
- Armijn Pane lahir pada tanggal 18 Agustus 1908 di Muara Sipongi, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
- Armijn Pane meninggal dunia pada tanggal 16 Februari 1970 di Jakarta (pada usia 61 tahun).
- Armijn Pane adalah salah satu pendiri majalah Pujangga Baru (Poedjangga Baroe).
- Armijn Pane adalah adik kandung sastrawan Sanusi Pane.