Doa
Demi malam
Aku seorang yang sedang tertidur
Tilam duri dan kesepian senda
Demi malam
Mana bintang mana cahaya
Gadis jelita lagi tertawa
Demi malam
Mana, kepastian baru
Kepala ini rindukan pulau
Demi malam
Semakin kuyup aku
Dalam laut punya sarang
Demi Tuhan
Beri aku daya
Untuk bangun – untuk bicara
Demi Tuhan
Aku ‘kan tunduk
Bersimpuh di api kebesaran
Sumber: Majalah Siasat (10 Agustus 1952)
Analisis Puisi:
Puisi "Doa" karya Mahbub Djunaidi menghadirkan suasana yang introspektif dan spiritual, mempertimbangkan tema malam sebagai latar belakang untuk refleksi mendalam tentang eksistensi dan kehidupan manusia.
Tema Malam sebagai Pengantar
Puisi ini dibuka dengan pengulangan frasa "Demi malam", yang menunjukkan pentingnya malam sebagai waktu introspeksi dan keheningan. Ini menciptakan suasana yang intim dan mendalam, seolah malam menjadi saksi dari keadaan batin yang terlukis dalam puisi ini.
Keadaan Emosional yang Terpapar
Penyair menggambarkan dirinya sebagai seseorang yang "sedang tertidur / Tilam duri dan kesepian senda". Ini menyoroti keadaan emosional yang penuh rasa sakit dan kesendirian, dihadapkan dengan realitas yang keras dan pahit.
Pertanyaan Eksistensial
Dalam pengulangan "Demi malam", terdapat pertanyaan yang menggugah pemikiran, seperti "Mana bintang mana cahaya / Gadis jelita lagi tertawa". Pertanyaan ini mencerminkan kerinduan akan kejelasan dan kehadiran yang memberikan makna dan keceriaan dalam hidup.
Panggilan Spiritual
Puisi ini mencapai puncaknya dengan doa yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, yang dimulai dengan "Demi Tuhan / Beri aku daya". Permohonan ini mengungkapkan kebutuhan akan kekuatan dan bimbingan ilahi dalam menghadapi tantangan dan kesulitan kehidupan.
Simbolisme Laut dan Sarang
Penutup puisi dengan gambaran "Dalam laut punya sarang" menghadirkan gambaran tentang perlindungan dan kedamaian, di mana bahkan dalam ketidakpastian dan kegelapan, ada tempat yang aman untuk berlindung.
Puisi "Doa" karya Mahbub Djunaidi bukan hanya sekadar ungkapan kebutuhan spiritual dan refleksi diri, tetapi juga merupakan perjalanan emosional yang mendalam. Dengan penggunaan repetisi yang kuat dan gambaran yang intens, puisi ini berhasil menciptakan suasana yang melampaui batas-batas fisik dan mengajak pembaca untuk merenung tentang makna eksistensi dan hubungan spiritual.
Puisi: Doa
Karya: Mahbub Djunaidi
Biodata Mahbub Djunaidi:
- Mahbub Djunaidi (dieja Mahbub Junaidi) lahir di Jakarta, pada tanggal 27 Juli 1933.
- Mahbub Djunaidi meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 1 Oktober 1995 (pada usia 62 tahun).
- Mahbub Djunaidi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.