Selepas Kata
untuk Kautsar M. Attar
perempuan itu terbaring di ruang bersalin
bayang-bayang sang ajal berkelebat dalam
biji matanya; memperkenalkan diriku
pada warna darah dan tanah. Dan kau yang
dilahirkan sore itu, tangismu keras,
air matamu adalah arus sungai yang deras
menyeret kesadaranku ke palung derita
seorang ibu, yang sisa amis darah
persalinannya; masih melekat di tubuhku,
yang kini rapuh dikikis waktu, digali detik
jam yang terus melaju ke dunia tak dikenal,
di luar hiruk-pikuk kehidupan kota besar;
ada yang menjauh dari surau dari kilau
telaga kautsar yang Dia berikan