Renungan Jante Arkidam di Usia 70 Tahun
- untuk Ajip Rosidi
malam belum begitu gelap
ketika anjing melolong panjang
di bawah remang cahaya bulan
"ternyata hidup butuh agama!"
ketika maut menaksir detik jam
dalam detak jantungnya
kini kesepian
menampakkan dirinya
di hadapan Jante
yang dilanda batuk
dan sakit kepala
"ke mana nyi ronggeng
yang dulu hadir dalam hidupku,
yang dari meja ke meja perjudian
aku rajai dunia malam," tanya
Jante.
sesekali didengarnya
bunyi tiang listrik dipukul orang
juga lolong anjing tengah malam
sehabis mupukembang
lalu angin dingin kembali meraja
menghajar raga Jante dekat jendela
di sebuah rumah pinggir kota
yang dulu dijadikan tempat sembunyi
dari kejaran lelaki satu kampung
dan kini di mana lebat kebun tebu
setelah dengus zaman
menyulapnya jadi perumahan
yang dibuat asal jadi?
"betapa tanganku berlumur darah,
Betapa hidupku salah arah. Mengapa
cahaya-Mu terlambat aku kenal?"
batin Jante. Detik jam
bergeser lagi
sesaat, Jante menarik napas
dalam-dalam. Lalu dihembuskannya
pelan-pelan. Dari hari ke hari
ia buron sudah diburu bayang-bayang hidup
yang kelam, yang ingin dihapusnya
seperti menghapus sebuah tulisan
di papan tulis-Mu yang kekal
"masihkah terbuka celah ke Baitullah?"
tanya Jante saat ia berkaca
melihat wajahnya sendiri dalam cermin
seperti batu retak di dasar sumur tua
yang absen disapa timba
tanpa ikan dan lumutan
siit incuing ngear di batin Jante
"beri aku kesempatan meneguk
anggur cinta-Mu!" tangis Jante
di atas sajadah yang basah
oleh airmata
2007
Sumber: Peneguk Sunyi (2009)
Analisis Puisi:
Puisi "Renungan Jante Arkidam di Usia 70 Tahun" karya Soni Farid Maulana membawa pembaca ke dalam meditasi seorang tokoh yang merenungkan hidupnya di usia tuanya.
Nuansa Malam dan Atmosfer: Puisi dibuka dengan deskripsi malam yang belum begitu gelap, anjing melolong, dan remang cahaya bulan. Atmosfer malam menciptakan latar belakang yang tenang dan mendalam bagi refleksi Jante Arkidam.
Gumam di Usia Tua: Jante Arkidam, dalam usia tuanya, menggumamkan pemikiran tentang hidup dan agama. Gumaman ini menggambarkan ketika maut sudah mendekat, seseorang cenderung merenungkan arti hidup dan hubungan spiritualnya.
Pertanyaan Jante Arkidam: Tokoh utama bertanya tentang keberadaan nyi ronggeng yang dulu menjadi bagian hidupnya. Pertanyaan ini mencerminkan kekosongan dan kehilangan yang dirasakannya di usia tuanya.
Suara Alam dan Kesepian: Suara alam, seperti bunyi tiang listrik dan lolong anjing, menciptakan latar belakang suara yang melengkapi kesunyian Jante. Kesepian tersebut dihadapi di tengah malam, menciptakan suasana yang melankolis.
Rumah di Pinggir Kota: Rumah Jante yang dahulu menjadi tempat persembunyian dari kejaran lelaki satu kampung, kini berada di pinggir kota. Perubahan ini mencerminkan transformasi zaman dan nasib tempat yang dulu menjadi perlindungan bagi Jante.
Buron Bayang-Bayang Hidup: Jante merasa buron dari bayang-bayang hidupnya yang kelam. Puisi menciptakan gambaran tentang upaya Jante untuk melarikan diri dari masa lalu yang ingin dihapuskan, seperti menghapus tulisan di papan tulis.
Renungan dan Pertanyaan Spiritual: Jante merenungkan kehidupannya yang berlumur darah dan berada dalam arah yang salah. Pertanyaan spiritualnya mengenai keterbukaan celah ke Baitullah mencerminkan pencarian makna dan pengharapan pada akhir hidup.
Perbandingan Diri dengan Sumur Tua: Perbandingan dirinya dengan batu retak di dasar sumur tua tanpa ikan dan lumutan menciptakan gambaran tentang kekosongan dan keretakan dalam eksistensinya.
Tangis Jante di Sajadah: Puisi berakhir dengan Jante yang menangis di atas sajadah yang basah oleh air matanya. Ini menunjukkan kerendahan hati dan pencarian kebenaran serta cinta kepada Tuhan di akhir hidupnya.
Puisi ini adalah refleksi mendalam tentang makna hidup, kehilangan, dan pencarian spiritual di usia tua. Soni Farid Maulana melalui penggambaran atmosfer malam, pertanyaan Jante, dan kesepian menciptakan karya yang penuh dengan nuansa emosional dan kehidupan yang mendalam.
Puisi: Renungan Jante Arkidam di Usia 70 Tahun
Karya: Soni Farid Maulana
Biodata Soni Farid Maulana:
- Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
- Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.