Perahu
kau buka kancing bajuku
seperti cahaya menguliti kegelapan
di sebuah kamar yang kekal
"ada perahu dalam tubuhmu
bawa aku berlayar menuju tanah asal!"
(detik arloji menafsir sepi, rumah karib
dalam diri. Perjalanan panjang,
desis ular hitam di rumpun malam)
lalu kita bicara dalam bahasa di luar kata
yang menampung gaung angin, dan gema ombak
di tepi pantai yang dulu ditinggalkan, berabad lalu.
"bawa aku ke tanah asal yang dulu kau sebut surga:
sebelum gelap kembali bersarang dalam kalbuku!"
(malam menarik diri sebelum maut menafsir
ruhku: dalam huruf-huruf kaku di batu
nisan. Di batu nisan) "Bawa aku ..."