Puisi: Membeku (Karya Sutan Iwan Soekri Munaf)

Puisi "Membeku" karya Sutan Iwan Soekri Munaf menggugah pembaca untuk merenungkan keabadian dan kecewa dalam hubungan yang telah berakhir. Puisi ....
Membeku


Waktu yang dulu
mengalir deras dari puncak hatimu
menuju lembah cintaku,
membasahi setiap pohon-pohon hasratku
dan menyuburkan lahan rindu padamu.

Kini semua hanya mimpi
di siang hari.

Waktu membeku di ujung kata-kata.
Kau pun berpaling dan pergi.

Aku hanya bisa membaca kembali
kisah rindu yang tercatat dalam waktu.

Tak ada kalimat yang bisa
menguraikan setiap langkah menjadi berharga.

Pada huruf-huruf terangkai dan kata-kata
tersusun, dalam kalimat yang membentuk frasa cinta
padamu. Kini semua menjadi wacana.

Apakah kau masih mau menyapa pada waktuku?

Senja pun jatuh ke haribaanmu.

Senja yang beku telah merekam kisah pagi
yang mengaliri perjalanan cinta padamu.

Semua membeku dalam kenangan tak pernah henti
dan mengalir menuju titik akhir. Mati

Prabumulih, Januari 2008

Analisis Puisi:
Puisi merupakan bentuk ekspresi artistik yang mampu menggambarkan perasaan dan pengalaman manusia dengan kata-kata yang indah. Dalam puisi "Membeku" karya Sutan Iwan Soekri Munaf, pengarang menyampaikan tentang perubahan dan kecewa dalam hubungan yang telah berakhir.

Puisi ini dimulai dengan gambaran waktu yang dulu mengalir deras dari hati sang kekasih ke hati pengarang, membasahi setiap pohon hasrat dan menyuburkan lahan rindu pada sang kekasih. Namun, sekarang semua itu hanya menjadi mimpi di siang hari. Waktu dianggap membeku di ujung kata-kata dan sang kekasih pergi, meninggalkan pengarang dengan kekosongan dan kekecewaan.

Pengarang menggambarkan bahwa satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah membaca kembali kisah rindu yang tertulis dalam waktu. Tidak ada kata-kata yang mampu mengungkapkan setiap langkah menjadi berharga. Huruf-huruf terangkai dan kata-kata tersusun menjadi kalimat-kalimat yang membentuk frasa cinta pada sang kekasih, tetapi semua itu hanya menjadi wacana belaka.

Pertanyaan muncul, apakah sang kekasih masih mau menyapa di waktu yang sekarang? Senja pun jatuh ke haribaan sang kekasih, mencerminkan kebekuan hubungan yang dahulu begitu indah. Senja yang beku telah merekam kisah pagi, yang dulunya mengaliri perjalanan cinta pada sang kekasih. Semua itu membeku dalam kenangan yang tak pernah berhenti dan mengalir menuju titik akhir, yang pada akhirnya menjadi mati.

Dalam puisi ini, Munaf menciptakan citra keabadian dan kecewa dalam waktu yang membeku. Waktu yang dulu begitu berarti dan penuh dengan harapan kini menjadi hampa dan tak berdaya. Sang pengarang menyadari bahwa cinta yang pernah ada kini menjadi kenangan yang membeku, tetapi ia tetap terjebak dalam kenangan yang tak pernah berakhir.

Puisi "Membeku" karya Sutan Iwan Soekri Munaf menggugah pembaca untuk merenungkan keabadian dan kecewa dalam hubungan yang telah berakhir. Puisi ini menyampaikan kegelisahan dan kekosongan yang dirasakan ketika cinta berubah menjadi kenangan yang membeku. Melalui penggunaan kata-kata yang kuat, pengarang menggambarkan perjalanan emosional yang rumit dan keadaan yang sulit dihadapi ketika waktu telah berubah menjadi beku.

Puisi: Membeku
Puisi: Membeku
Karya: Sutan Iwan Soekri Munaf

Biodata Sutan Iwan Soekri Munaf:
  • Nama Sebenarnya adalah Drs. Sutan Roedy Irawan Syafrullah.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf adalah nama pena.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf lahir di Medan pada tanggal 4 Desember 1957.
  • Sutan Iwan Soekri Munaf meninggal dunia di Rumah Sakit Galaxy, Bekasi, Jawa Barat pada hari Selasa tanggal 24 April 2018.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.