Puisi: Dalam Hujan (Karya Soni Farid Maulana)

Puisi "Dalam Hujan" karya Soni Farid Maulana menggambarkan kompleksitas waktu, perasaan kehilangan, dan refleksi diri.
Dalam Hujan


ada yang jatuh ke dalam sumur waktu
suaranya sanggup menggetarkan hatiku,
sepanjang nadi jam
berdenyut dalam jantungku

lalu keriangan itu apa? Hatiku yang murung
kehilangan kaca kata. Sungguh di situ,
aku tak bisa lagi melihat wajahku serupa
apa?

cahaya perlahan susut diserap kabut
dering daun jatuh di lauhul mahfudz
bikin hutan kelabu dalam deras hujan
di tubuhku


2006

Sumber: Angsana (2007)

Analisis Puisi:
Puisi "Dalam Hujan" karya Soni Farid Maulana adalah karya yang penuh dengan gambaran alam dan refleksi diri.

Metafora Sumur Waktu: Puisi dimulai dengan metafora "ada yang jatuh ke dalam sumur waktu." Ini menciptakan gambaran tentang waktu sebagai dimensi yang dalam dan tak terelakkan. Penggunaan metafora ini mengundang pembaca untuk merenungkan perjalanan waktu dan bagaimana pengaruhnya pada kehidupan manusia.

Nadi Jam: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dengan menggambarkan "nadi jam" yang berdenyut dalam jantungnya. Ini menggambarkan kekuatan waktu yang terus bergerak dan mengingatkan kita pada keterbatasan waktu dalam hidup manusia.

Keriangan yang Hilang: Puisi ini mencerminkan perasaan kehilangan dan nostalgia. Meskipun ada "keriangan" yang disebutkan, penutupan dengan pertanyaan "keriangan itu apa?" mengindikasikan bahwa pengaruh waktu dan pengalaman telah mengubah persepsi penutur terhadap keriangan tersebut.

Deskripsi Alam: Penyair menciptakan gambaran alam yang kuat, seperti "cahaya perlahan susut diserap kabut" dan "dering daun jatuh di lauhul mahfudz." Ini menciptakan suasana alam yang tenang, misterius, dan merenungkan, yang berkontras dengan kegelapan dalam diri penutur.

Refleksi dan Kepompong: Puisi ini menggambarkan perjalanan introspektif yang mendalam. Metafora "aku tak bisa lagi melihat wajahku serupa apa?" mencerminkan perasaan kebingungan dan perubahan dalam identitas diri yang telah berubah seiring berjalannya waktu.

Secara keseluruhan, "Dalam Hujan" adalah sebuah puisi yang menggambarkan kompleksitas waktu, perasaan kehilangan, dan refleksi diri. Penyair menciptakan gambaran alam yang indah untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi dan perubahan dalam kehidupan manusia.

Soni Farid Maulana
Puisi: Dalam Hujan
Karya: Soni Farid Maulana

Biodata Soni Farid Maulana:
  • Soni Farid Maulana lahir pada tanggal 19 Februari 1962 di Tasikmalaya, Jawa Barat.
  • Soni Farid Maulana meninggal dunia pada tanggal 27 November 2022 (pada usia 60 tahun) di Ciamis, Jawa Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Sebuah Kamar"Ada sebuah gambar Yang Mulia Dalai Lama di kamarkuDia selalu tersenyum dan berkacamata sepertimu," suara ituTerdengar dari ujung telepon malam-malam, seperti getar huj…
  • GongTengah kami cerna hamparan abu yang meluas hingga ke Prabalingga ketika kau datang tiba-tiba. Menyuapkan sebilah anak kunci ke mulutku kau berkata, “Aku pandai membuka semua pi…
  • Dua Nada (1)Mungkin telah ribuan senjaKulewati dalam hidupkuNamun ada satu senja yang membuatkuBegitu tersiksa. Senja di saat aku ingat padamuDan sangat ingin berada di dekatmuSenj…
  • RemangRemang melingkari senjaKetika gugusan awanBertudung langit kehitamanAda sedikit bercak merahDi seputarnya. Dari kafe iniLaut nampak gelap berkilauanKesepian dan ketakutanHadi…
  • Putri MaluPuan, usahlah berpaku pada pintu,sudah mahir aku memasukimu.Puan, walau gaunmu kian kembang,terdedah ke lekukmu aku gelombang.Lamat-lamat kajimu di dekat tungku,agar kure…
  • Kunang-KunangDengan sisa bara aku mendaki ke arah urat nadimu, ke puncak urat nadimu, di mana akan kutemukan kembali sebutir telur malam yang pernah melahirkanku.Baraku biru, begit…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.