Wabah
Analisis Puisi:
Puisi "Wabah" karya Gunoto Saparie membawa pembaca ke dalam refleksi mendalam tentang kehidupan, kematian, dan pengaruh wabah yang melanda.
Gambaran Alam dan Kehidupan: Puisi ini membuka dengan gambaran alam, menciptakan suasana langit sepi dengan bintang kemukus. Ini menciptakan kontras antara ketenangan langit dan kenyataan wabah yang mengguncang hati.
Kesepian dan Keterasingan: Ekspresi "menggelisahkan hati saat dini hari" mencerminkan perasaan kesepian dan kegelisahan yang dirasakan penulis di tengah-tengah wabah. Hal ini mungkin merujuk pada isolasi sosial dan emosional selama masa sulit.
Keabadian Cinta dan Kehancuran: Puisi merenungkan keabadian cinta, namun memberikan pukulan dramatis dengan menyatakan bahwa "cinta ternyata hanya seakan abadi." Ini mencerminkan kehancuran dan kehilangan yang dapat terjadi meskipun cinta dianggap abadi.
Perpisahan yang Penuh Makna: Baris "selalu ada yang berangkat tiap hari, dan tak pernah mereka kembali" menciptakan gambaran perpisahan yang penuh makna, mungkin merujuk pada kenyataan kehidupan sehari-hari di tengah wabah.
Misteri dan Pertanyaan Filosofis: Pertanyaan-pertanyaan seperti "siapakah yang menulis namaku di pintu?" dan "siapakah yang membisikkan inisialku di telinga?" menambahkan elemen misteri dan filosofis pada puisi, mengundang pembaca untuk merenungkan arti kehidupan dan kematian.
Rima dan Ritme: Puisi ini memiliki ritme yang tenang dan rima yang terkendali, menciptakan aliran yang memadukan keheningan dan perasaan mendalam.
Puisi "Wabah" karya Gunoto Saparie adalah sebuah puisi yang menyentuh hati, membawa pembaca pada perjalanan emosional di tengah-tengah masa sulit. Dengan bahasa yang sederhana namun kuat, puisi ini menciptakan pemahaman mendalam tentang keterbatasan kehidupan dan pertanyaan eksistensial yang selalu menghantui manusia di saat-saat sulit.
Karya: Gunoto Saparie
BIODATA GUNOTO SAPARIE:
Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.
Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004). Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain. Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta).
Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.
Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
