Puisi: Tigaratus Ribu Rupiah (Karya M. Poppy Hutagalung)

Puisi "Tigaratus Ribu Rupiah" menggambarkan dengan sangat apik tantangan kehidupan sehari-hari seorang tua renta di tengah perjuangan finansial.
Tigaratus Ribu Rupiah


tergeletak ia, di tengah
hiruk-pikuk manusia membangun mimpi
harapan melangit: akan ada uang baginya hari ini
tigaratus ribu rupiah
betapa banyak!

dan rumah tadi, pikirannya menghitung:
300 ribu rupiah, 100 untuk makan
100 untuk bayar utang, 100 untuk disimpan
betapa bahagiaku: tigaratus ribu rupiah!

dan ia pun ikut berbaris
menyatukan diri dalam lautan manusia
terdorong ke kanan, terdorong ke kiri
berputar ke utara, berputar ke selatan
dan akhirnya, ia pun tergeletak, habis
daya, habis nyawa
ia, si tua renta yang memimpikan tigaratus ribu rupiah
hadiah bagi jelata yang dilindas laju harga bahan bakar minyak.

Sumber: Selendang Pelangi (2006)

Analisis Puisi:
Puisi "Tigaratus Ribu Rupiah" menciptakan gambaran kehidupan sederhana seorang tua renta yang tergeletak di tengah keramaian manusia yang sedang membangun mimpi dan harapan. Poppy Hutagalung menggambarkan realitas sosial yang penuh dengan tantangan, terutama terkait dengan kebutuhan dasar dan perjuangan finansial.

Gambarkan Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini mengambil latar belakang kehidupan sehari-hari, menggambarkan seorang tua renta yang terpinggirkan di tengah keramaian manusia yang sedang mencari kehidupan yang lebih baik. Ini menciptakan kontrast antara harapan dan kenyataan.

Simbolisme "Tigaratus Ribu Rupiah": Jumlah uang, tigaratus ribu rupiah, digambarkan sebagai hadiah yang diimpikan oleh si tua renta. Ini mencerminkan pentingnya kebutuhan ekonomi dan bagaimana uang bisa menjadi solusi atau harapan bagi mereka yang kurang mampu.

Kritik Terhadap Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak: Puisi menyentuh tema kritis terkait perubahan harga bahan bakar minyak yang dapat memberikan dampak langsung pada kehidupan masyarakat, terutama mereka yang rentan secara ekonomi. Kritik ini tercermin dalam gambaran lautan manusia yang terdorong ke kanan dan kiri oleh perubahan harga tersebut.

Kontras Harapan dan Kehancuran: Kontras antara harapan si tua renta untuk mendapatkan tigaratus ribu rupiah dan kenyataan kehancurannya menciptakan kesan emosional yang kuat. Ini menyampaikan pesan bahwa meskipun terdapat impian dan harapan, kenyataan kadang-kadang kejam dan tak terduga.

Penyampaian Dengan Bahasa Simpel: Poppy Hutagalung menggunakan bahasa yang sederhana dan mendalam, memungkinkan pembaca untuk merasakan emosi dan keadaan yang digambarkan dalam puisi ini dengan mudah. Gaya penulisan yang sederhana tetapi penuh makna meningkatkan daya sastra dari karya ini.

Puisi "Tigaratus Ribu Rupiah" menggambarkan dengan sangat apik tantangan kehidupan sehari-hari seorang tua renta di tengah perjuangan finansial. Poppy Hutagalung mampu menggambarkan realitas sosial dengan cara yang sederhana namun penuh arti, mengundang pembaca untuk merenung tentang ketidaksetaraan dan keadilan dalam masyarakat.

Puisi: Tigaratus Ribu Rupiah
Puisi: Tigaratus Ribu Rupiah
Karya: M. Poppy Hutagalung

Biodata M. Poppy Hutagalung:
  • M. Poppy Hutagalung lahir di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1941.
  • M. Poppy Hutagalung, setelah menikah dengan penyair A.D. Donggo (pada tahun 1967), namanya menjadi M. Poppy Donggo.
  • M. Poppy Hutagalung merupakan salah satu penyair Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.