Keterangan di bawah sajak:
Sajakku untuk korban-korban Lobang Buaya dan Ade Irma Nasution.
Analisis Puisi:
Puisi "Seratus Hari Pembunuhan oleh Gestapu" karya Mochtar Lubis adalah ungkapan tentang peristiwa tragis yang terjadi pada peristiwa Gestapu yang melibatkan Lobang Buaya dan peristiwa pembunuhan Ade Irma Nasution di Indonesia. Mochtar Lubis mengungkapkan empati dan kesedihan atas kehilangan korban melalui puisi yang kuat ini.
Gambaran Alam dan Kematian: Puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana alam yang tenang: "Kini cahaya malam lembut perak, bisikan angin dari gunung-gunung". Namun, gambaran alam yang tenang ini bersentuhan dengan kenyataan kekerasan dan kematian dengan "Putih perak batu-batu nisan" yang menghadirkan bayangan korban.
Ungkapan Kesedihan: Penulis menyampaikan pesan kesedihan dan kehilangan atas kematian korban dengan "Bahagialah arwah sunting melati Illahi" dan "Tidurlah, tidur, ayah, suami, dan kawan". Pesan ini menciptakan atmosfer duka yang dirasakan oleh kerabat dan orang-orang terdekat korban.
Pemulihan dan Tuntutan Keadilan: Puisi ini juga menyuarakan tuntutan akan keadilan dengan "Dengar, dengarlah rakyat berteriak, Menuntut hak dan Keadilan". Pesan ini menyoroti aspirasi untuk membawa keadilan bagi korban serta memberikan mereka penghormatan dan perasaan perdamaian.
Simbolisme Darah: "Darah merah. Membasuh takut gelap" bisa menjadi simbol bagi pengorbanan dan keberanian para korban, serta kekuatan dalam menghadapi ketakutan dan kegelapan.
Puisi "Seratus Hari Pembunuhan oleh Gestapu" karya Mochtar Lubis adalah ungkapan empati, kesedihan, dan tuntutan akan keadilan bagi para korban peristiwa tragis tersebut. Melalui puisi ini, Lubis mengingatkan akan kehilangan yang dirasakan oleh kerabat korban, serta aspirasi akan keadilan bagi mereka. Puisi ini memberikan suara bagi orang-orang yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan bagi para korban, sambil mengingatkan akan konsekuensi tragis dari kekerasan politik.
Karya: Mochtar Lubis
Biodata Mochtar Lubis:
- Mochtar Lubis adalah salah satu penulis puisi, novel, cerpen, penerjemah, pelukis, dan sekaligus jurnalis ternama.
- Mochtar Lubis lahir pada tanggal 7 Maret 1922 di Padang, Sumatera Barat.
- Mochtar Lubis meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 2004 di Jakarta.