Liwat Tengah Hari
- depan gedung pemuda dan
sepanjang merdeka utara
di sini berhadapan muka
kekuasaan rampasan atas nama
dan harga diri yang diatasnamakan
di sini berhadapan muka
topeng sempurna yang diperjualkan
dan wajah-wajah yang terbuka
di sini dicoba padamkan
api kebangkitan yang telah menyala
dengan gelombang rentetan peluru
yang dihujankan ke pusat barisan
di sini telah ditumpahkan
darah angkatan yang bangkit melawan
ketika tangan kekuasaan
gemetar sepi dan putus asa
dan di sinipun telah dipatahkan
mitos kultus yang memperhamba
serta rantai baja
yang membelenggu kemerdekaan.
Sumber: Mereka Telah Bangkit (1966)
Analisis Puisi:
Puisi "Liwat Tengah Hari" karya Bur Rasuanto adalah sebuah karya sastra yang menyampaikan pesan tentang penindasan, perlawanan, dan harapan atas kekuasaan yang sewenang-wenang. Melalui penggunaan bahasa yang tajam dan metafora yang kuat, penyair menggambarkan perjuangan melawan kekuasaan dan mitos yang merendahkan martabat manusia.
Penindasan Kekuasaan: Puisi ini menggambarkan suasana berhadapan dengan kekuasaan yang merampas hak atas nama dan harga diri dengan dalih tertentu. Penyair mengkritisi penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang untuk menghancurkan martabat manusia dan menerapkan kebijakan-kebijakan yang tidak adil.
Topeng dan Wajah Terbuka: Penyair menyajikan gambaran topeng sempurna yang diperjualbelikan, mencerminkan manipulasi dan tipu muslihat yang digunakan oleh kekuasaan untuk mempengaruhi pandangan publik. Di sisi lain, ada juga wajah-wajah yang terbuka, yang mungkin mencerminkan kejujuran dan keberanian para perlawanan.
Perlawanan dan Pengorbanan: Puisi ini mencatat upaya untuk memadamkan api kebangkitan yang telah menyala dengan gelombang rentetan peluru yang dihujankan ke pusat barisan perlawanan. Hal ini menggambarkan perjuangan dan pengorbanan para anggota perlawanan yang bangkit melawan penindasan dan tindakan represif dari penguasa.
Patahnya Mitos dan Rantai Baja: Puisi ini juga menyoroti patahnya mitos dan kultus yang memperhamba kekuasaan. Mitos dan kultus ini mungkin digunakan oleh penguasa untuk menciptakan legitimasi dan kontrol atas rakyat. Selain itu, ada juga referensi pada rantai baja yang membelenggu kemerdekaan. Rantai baja ini menggambarkan sistem penindasan yang membatasi kebebasan individu dan menyekat aspirasi keadilan dan hak asasi manusia.
Puisi "Liwat Tengah Hari" karya Bur Rasuanto adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjuangan melawan penindasan dan kekuasaan yang sewenang-wenang. Melalui penggunaan bahasa yang kuat, penyair menyampaikan pesan tentang pentingnya perlawanan dan perjuangan untuk mencapai keadilan dan kemerdekaan. Puisi ini menegaskan keberanian dan tekad untuk mematahkan mitos kultus yang mengikat masyarakat dan mengharapkan tercapainya kebebasan yang sejati.