Puisi: Tekukur Akhir Desember (Karya Mochtar Pabottingi)

Puisi "Tekukur Akhir Desember" karya Mochtar Pabottingi mengandung makna mendalam tentang keheningan, ketabahan, dan kesetiaan.
Tekukur Akhir Desember

Kembali tengah malam begini
Kukurmu menyimpulkan seluruh hening
Ke dalam semerbak harum kemuning

Pada bulu-bulumu Desember pun berembus
Dingin dan rentan
Seperti bunga-bunga kemboja
Yang berderai. Seperti mimpi-mimpi
Yang tergerus

Dan tetap saja engkau cinta
Dan setia

2004

Sumber: Konsierto di Kyoto (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Tekukur Akhir Desember" karya Mochtar Pabottingi adalah sebuah karya yang kaya akan simbolisme dan mengandung makna mendalam tentang keheningan, ketabahan, dan kesetiaan. Melalui puisi ini, Pabottingi berhasil menangkap suasana malam, perubahan musim, dan perasaan yang mendalam.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari tiga bait pendek dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna.
  • Bahasa Simbolis: Pabottingi menggunakan simbolisme yang kuat seperti "tekukur", "kemuning", dan "kemboja" untuk menggambarkan suasana hati dan perasaan.
  • Imaji: Imaji yang digunakan sangat kuat, menciptakan gambaran visual yang jelas dan mendalam tentang malam, bunga, dan burung tekukur.

Tema Utama

  • Keheningan dan Kedamaian: Tema utama puisi ini adalah keheningan dan kedamaian yang dirasakan di tengah malam, dilambangkan oleh suara tekukur dan semerbak harum kemuning.
  • Kesetiaan dan Cinta: Tema lain yang kuat adalah kesetiaan dan cinta, yang tetap bertahan meskipun menghadapi dinginnya Desember dan mimpi-mimpi yang tergerus.

Simbolisme dan Imaji

  • Tekukur: Burung tekukur dalam puisi ini melambangkan ketenangan dan kesetiaan. Suaranya di tengah malam menyimpulkan seluruh hening dan memberikan suasana damai.
  • Kemuning dan Kemboja: Bunga kemuning dan kemboja digunakan untuk melambangkan keindahan yang rapuh dan perasaan yang mendalam. Kemboja yang berderai mencerminkan mimpi-mimpi yang hilang atau tergerus oleh waktu.
  • Desember: Bulan Desember melambangkan akhir dari suatu periode, dengan cuaca yang dingin dan rentan. Hal ini bisa diartikan sebagai akhir dari suatu fase hidup yang penuh tantangan namun tetap dihadapi dengan cinta dan kesetiaan.

Pesan Moral

Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya kesetiaan dan ketabahan dalam menghadapi perubahan dan tantangan hidup. Meskipun dunia di sekitar kita berubah dan mimpi-mimpi mungkin tergerus, cinta dan kesetiaan tetap harus dijaga.

Analisis Emosional

  • Melankolia dan Keheningan: Puisi ini memiliki nada melankolis yang kuat, dengan keheningan malam dan dinginnya Desember menciptakan suasana yang introspektif dan damai.
  • Keindahan dalam Kesederhanaan: Pabottingi menunjukkan bahwa keindahan bisa ditemukan dalam kesederhanaan dan keheningan, seperti suara tekukur di malam hari dan harum bunga kemuning.
Puisi "Tekukur Akhir Desember" karya Mochtar Pabottingi adalah puisi yang menggambarkan keheningan, ketabahan, dan kesetiaan melalui simbolisme alam dan burung tekukur. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, Pabottingi berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga cinta dan kesetiaan meskipun menghadapi perubahan dan tantangan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai tersebut dalam hidup mereka, serta menghargai keindahan dalam keheningan dan kesederhanaan.

Mochtar Pabottingi
Puisi: Tekukur Akhir Desember
Karya: Mochtar Pabottingi

Biodata Mochtar Pabottingi:
  • Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.