Puisi: Percakapan Malam (Karya Nenden Lilis Aisyah)

Puisi: Percakapan Malam Karya: Nenden Lilis Aisyah
Percakapan Malam


stasiun itu mempertemukan mereka
di ruang tunggu yang berat, bisu, dan kelabu
(orang-orang bergegas pulang
lengking peluit telah lama tenggelam)

mata mereka, seperti ruang tunggu itu, tiba-tiba beradu
"mengapa kita di sini?"
"entahlah. barangkali aku sedang mengantar
atau mengejar seseorang yang pergi"
"entah. apa aku tengah melepas atau menanti"
"dengan apa dia pergi?"
"dengan kereta yang menjemput malam hari"

stasiun itu kosong, tinggal sisa angin
menghempaskan dentang jam terakhir

(tinggal mereka berdua
dalam percakapan kelu
gerbong-gerbong yang menunggu)

perempuan itu masih dalam selubung kain hitam
yang kayak, bagai tertatih dari reruntuhan waktu
wajahnya kota yang menjadi puing

laki-laki di hadapannya seperti tergesa dari masa lalu
membawa laut di dadanya, debur ombak yang lirih dan jauh
dan sisa kesedihan cerita kapal karam

"mengapa kita di sini?"

ada duka panjang seperti rel
dalam percakapan tanpa suara
ada gerbong-gerbong suram dan murung
menyerupai keranda

"entah kereta atau keranda yang membawanya lari"
"entah keranda atau kereta yang menjemputnya pergi"

: untuk apa kita di sini
kereta terakhir telah lewat
tinggal gerbong-gerbong itu
esok menunggu berangkat


Puisi: Percakapan Malam
Puisi: Percakapan Malam
Karya: Nenden Lilis Aisyah

Biodata Nenden Lilis Aisyah:
  • Nenden Lilis Aisyah lahir di Malangbong, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 26 September 1971.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Taman BungaAda butiran tasbih hingga rindu-rindu yang kau kirimdan butiran bening air mata jatuh harulalu kita tertawa saat gerbang taman menebar wewangi bungakarena di sana cerita…
  • Cut Meutia- 1908Dikau Srikandi gagah beraniUmurmu habis untuk berperangMelawan penjajah dan kebathilanMenumpas musuh penyebar kekafiran.Cut Meutia wanita gagah perkasaHidupmu habis…
  • Sajak (1) Di mana harga karangan sajak, Bukanlah dalam maksud isinya, Dalam bentuk, kata nan rancak, Dicari timbang dengan pilihnya. …
  • KhilafAkulah si pemuja yang memuja bicaralah tentang khilafseperti kerikil di tepi jalan yang terinjak kepongahan kotaruangku tiba-tiba saja pengap...mata tak lekang menatap buas b…
  • Kemaraurumput menangisi tanah kerontangdan kelopak mawar yang mulai berjatuhanyang tak lagi menyimpan embun.Padahal telah aku lewatibuih-buih ombak sepanjang pesisirhingga sela kak…
  • Sang Penarialun gamelan rawanmenggerakkan tangandan mripatmumenggeliatkan pinggulmualun gamelan terus sajamengalunkan lagu surgaapakah gerak paling intidari seorang penari?alun gam…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.