Puisi: Metafora Mata Hutan Mahang (Karya Wahyu Prasetya)
Puisi: Metafora Mata hutan Mahang
Karya: Wahyu Prasetya
Metafora Mata Hutan Mahang
Aku mulai menyukai tatapan mata mistik dari balik belukarBerada disekitar tepian atau tengah hutan yang menarikku kearahnyaHaribaan hijau kelam telah menelan seluruh bayang bayangDan burung burung segala warna memecahkan dirinya dibalik kabutKita kembali menukik dalam langkah ragu ke arah jurang lainMenemukan kembali gema kosong dan nada nada berat bebatuanSebelum malam yang selalu menghilangkan jejak menujumu
Mungkin ribuan lebih dengung atau gumam serangga menyeruMembangunkan irama aneh menciptakan labirin waktu berulangSulur duri yang nampak seperti ular panjang, melintang ke udaraSeolah memintaku mengulang gairah awal di hari lainTak ada api untuk memandang dirimu sendiri saat iniKarena lolongan panjang yang menyeretmu lebih dalamKedasar palung angin lembah tanpa penjuruHelai demi helai daun yang berjatuhan mengobarkan cahaya senyapMenandai batas angin dan maut di setiap persimpanganGerak matiDiam matiMasuklah kedalam bejana kebisuan yang terbentangPada ceruk hitam pekat, simpanlah namaku, nama kita sekejapSaatnya untuk memejamkan mata, hidup menapak perlahanCelah pohonan merah hitam, langit lebih dekatMendekap gedebur gelombang hutan baka,Meledakannya antara dada dan kepala
Base Camp Sikuy, 2014
Sumber: Malang Post (Minggu, 7 Desember 2014)
Puisi: Metafora Mata Hutan Mahang
Karya: Wahyu Prasetya
Biodata Wahyu Prasetya:
- Eko Susetyo Wahyu Ispurwanto (akrab dipanggil Pungky) lahir pada tanggal 5 Februari 1957 di Malang, Jawa Timur.
- Wahyu Prasetya meninggal dunia pada hari Rabu tanggal 14 Februari 2018 (pada umur 61).